Kuala Lumpur (ANTARA News) - Forum tingkat tinggi keamanan Asia, yang meliputi Amerika Serikat, Cina dan Rusia, berencana mengembangkan panduan bagi kerjasama militer-sipil guna menjamin reaksi cepat terhdap bencana alam, kata beberapa pejabat. Rencana itu meliputi inventarisasi kemampuan angkutan angkatan bersenjata di wilayah tersebut, yang dapat digunakan bagi operasi kemanusiaan akibat suatu bencana, kata mereka. Menteri luar negeri Forum Regional Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ARF) dijadwalkan mensahkan pernyataan mengenai "penanganan bencana dan reaksi darurat" pada akhir pertemuan tahunan mereka di ibukota Malaysia, Kuala Lumpur, Jumat. Menurut salinan rancangan pernyataan tersebut yang diperoleh AFP, para menteri itu akan "menganggap, sebagai layak, pengembangan panduan ARF bagi penggunaan personil militer dan sipil di negara peserta ARF". Namun panduan semacam itu harus sejalan dengan mekanisme ASEAN dan PBB mengenai penanganan bencana dan reaksi darurat, demikian antara lain isi dokumen tersebut. ARF meliputi ke-10 negara anggota ASEAN serta antara lain Amerika Serikat, Rusia, Kanada, Cina, Jepang, Korea Selatan, India dan Uni Eropa. "Keputusan untuk mengembangkan prosedur pelaksanaan standard tentang kerjasama militer-sipil bagi operasi kemanusiaan, saya kira, termasuk bagian paling penting dalam pernyataan itu," kata M.C. Abad, pemimpin unit ASEAN di ARF. "Itu akan memungkinkan penggunaan aset militer anggota ARF bagi upaya bantuan bencana ... Kami akan mengembangkan bank data mengenai aset negara anggota ARF ini," katanya. Beberapa pejabat mengatakan tindakan untuk menyusun panduan tersebut tepat pada waktunya menyusul serangkaian bencana alam besar yang telah melanda wilayah itu. Bencana paling akhir ialah tsunami yang dipicu oleh gempa bumi di pulau Jawa, Indonesia, bulan ini sehingga menewaskan tak kurang dari 680 orang. Tanggal 26 Desember 2004, gempa bumi sangat kuat di lepas pantai provinsi Aceh memicu gelombang dahsyat yang menghantam permukiman di pantai Samudra Hindia, sehingga menewaskan 220.000 orang. Tanah longsor pada Februari menewaskan lebih dari 1.000 orang di pulau Leyte, Filipina tengah, dan gempa besar di Pakistan, Oktober lalu, merenggut 73.000 jiwa. Sediakan bantuan Selama tsunami 2004, kapal dan pesawat angkut militer dari negara seperti Amerika Serikat, Singapura dan Australia menyediakan kehidupan bagi daerah yang porak-poranda dalam masalah pencarian dan pertolongan serta operasi bantuan. Menurut dokumen tersebut, negara ARF akan meningkatkan koordinasi di kalangan donor, lembaga bantuan dan masyarakat global dalam melaksanakan pembangunan kembali dan bekerjasama dengan pusat peringatan bencana nasional. Mereka juga akan melakukan tindakan untuk mengidentifikasi resiko bencana regional dan kemampuan guna menangani bencana itu serta berbagai keterangan di antara mereka. Di pihak ASEAN, blok tersebut membahas pembentukan "kekuatan siaga" yang terdiri atas personil militer, polisi dan pertahanan sipil yang dapat digelar secara cepat setelah bencana, kata Menteri Luar Negeri Indonesia Hassan Wirayuda. "Penting dalam pengertian bahwa kami mesti memahami wilayah kami adalah wilayah yang rentan terhadap bencana," katanya. Sekretaris Jenderal ASEAN Ong Keng Yong mengatakan langkah kesiapan bencana telah menjadi agenda perhimpunan itu terutama sejak tsunami saat Hari Bertukar Kado 2004. "Kebanyakan kegiatan, rencana kerja telah diujicobakan. Itu adalah sesuatu yang kami ingin selesaikan. Baik bagi wilayah kami karena kami mengalami sangat banyak bencana alam," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006