Chisinau (ANTARA) - Maia Sandu, presiden Moldova yang pro-Eropa, memperingatkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin harus dihentikan dalam memerangi Ukraina karena kalau tidak, katanya, kerugian yang dihadapi seluruh negara Eropa akan lebih besar. 

"Anda harus memahami bahwa Putin tidak akan berhenti kecuali dihentikan," kata Sandu dalam wawancara yang diterbitkan pada Rabu (27/12) oleh Veridica, kelompok media yang berbasis di Rumania. 

Sandu selama ini kerap mengecam invasi Rusia ke Ukraina dan menganggap Kremlin, kantor pemerintah pusat Rusia, sebagai ancaman terbesar yang dihadapi negaranya karena Moldova terletak di antara Ukraina dan Rumania --anggota Uni Eropa.

Rusia membalas tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa Sandu sudah merusak hubungan baik dan mengobarkan sentimen Russophobia (ketakutan terhadap Rusia).

"Kalau dia tidak dihentikan, kita semua akan mengeluarkan biaya lebih besar. Pihak yang menjadi korban terbesar adalah Ukraina," katanya.

Ukraina, kata Sandu, harus terus mendapat bantuan demi kepentingan semua pihak dan "bukan hanya untuk Ukraina dan Moldova". Namun, ia tidak menyinggung soal penundaan bantuan pendanaan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.

"Saya juga yakin dan percaya kepada solidaritas negara-negara demokrasi di dunia dan berharap Ukraina akan terus mendapat setiap bantuan yang diperlukan," katanya kepada Veridica.

Menurut Sandu, Moldova membantu Ukraina sebisa mungkin dengan jalan melatih para mekanik serta membantu 80.000 warga Ukraina yang mengungsi ke negaranya.

Jumlah itu merupakan yang terbesar dibandingkan dengan yang diterima di negara-negara lain di Eropa, dan setengah dari jumlah tersebut adalah anak-anak.  

Uni Eropa bulan ini sepakat untuk memulai pembicaraan tentang keanggotaan Moldova dan Ukraina, sebuah proses panjang yang harus dilalui karena negara kandidat harus meningkatkan undang-undang dan mengikuti standar Uni Eropa.

Sandu, yang mengalahkan pendahulunya yang pro-Rusia pada 2020, memimpin Moldova --satu negara termiskin di Eropa-- untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Pekan ini, ia menegaskan akan kembali mencalonkan diri tahun depan dan meminta parlemen yang dikuasai sekutunya, Partai Aksi dan Solidaritas, untuk menyelenggarakan referendum agar mendukung kebijakan-kebijakannya.

Sumber: Reuters

Baca juga: Ukraina akui kekurangan peluru artileri karena bantuan asing terhambat

Baca juga: Moskow tepis klaim bahwa Rusia timbulkan ancaman keamanan bagi Moldova
 

Putin: Kita harus pikirkan bagaimana hentikan 'tragedi' di Ukraina

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023