Jakarta (ANTARA News) - Setiap kali mendekati Lebaran, para penjaja uang receh menjamur di berbagai titik di Ibu kota Jakarta..

Di sepanjang jalan menuju daerah Kota Jakarta Barat; baik kalangan tua, muda, laki-laki maupun perempuan tampak melambai-lambaikan uang kertas baru yang licin, menarik para pengendara yang melintas.

Ami, salah seorang penyedia jasa penukaran uang di Jalan Gajah Mada mengatakan tidak pernah absen melakukan profesi tersebut sejak lima tahun terakhir.

"Untungnya lumayan, bisa buat bantu-bantu suami beli kue lebaran, dari pada saya nganggur di rumah puasa-puasa begini," kata Ami (41) di Jakarta, Minggu.

Ami yang sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga itu mengatakan dirinya mendapatkan uang dari jasa penukaran uang gratis di Monas.

"Sejak puasa pertama saya sudah siap-siap menukarkan uang di Monas, di sana enak karena tidak dipungut biayam" kata warga asli Cilincing tersebut.

Meski demikian, dalam sehari, paling banyak Ami hanya bisa menukar sekitar Rp3,7 juta.

Ami yang sudah "berbisnis" sejak tiga hari yang lalu itu menyediakan uang sekitar Rp3 juta tiap harinya dalam pecahan yang bervariasi dari Rp50 ribu, Rp2 ribu, Rp5 ribu, Rp20 ribu dan Rp1000.

"Modal untuk usaha ini sebagian ngumpulin, sebagian pinjam dulu ke saudara, biasanya juga begitu tapi pasti bisa dikembaliin kok," katanya.

Ibu satu anak tersebut mengaku tergiur menjadi penjaja uang receh karena pekerjaannya yang mudah dan cepat menghasilkan uang.

"Setiap kelipatan Rp100 ribu saya bandrol Rp10 ribu, dalam sehari saya bisa jual Rp3 juta kalau lagi ramai," katanya.

Semakin tinggi nominal penukaran, harga yang dipasang juga semakin tinggi. Meski demikian, Ami tetap bisa luluh kalau ada pembeli yang menawar harga.

"Sehari untungnya kisaran Rp50 sampai Rp100 ribu-an lah," kata Ami.

Sayangnya, tahun ini belum begitu ramai pembeli. Para pelanggan yang biasanya pada hari H- 5 sudah mulai melakukan transaksi, kali ini masih belum terlihat.

"Mungkin sudah pada mudik kali, tapi mudah-mudahan nanti ramai dekat-dekat lebaran," katanya.

I027

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013