Jakarta (ANTARA) -
Lebih dari 40 pendiri, investor, insinyur, dan pihak lain di industri teknologi mengumumkan sebuah koalisi yang disebut 'Tech for Palestine' untuk membangun proyek, alat, dan data sumber terbuka guna membantu pihak lain di industri ini melakukan advokasi bagi rakyat Palestina. 
 
Dikutip laman Tech Crunch, Rabu, Paul Biggar, pendiri Tech for Palestine, berharap dapat meningkatkan kesadaran akan perang di Gaza, memperjuangkan gencatan senjata permanen dan memberikan jalan bagi mereka yang takut untuk berbicara di depan umum untuk mendukung Palestina agar tetap memberikan dukungan.
 
Ini adalah salah satu inisiatif teknologi pertama yang mengambil sikap publik mendukung Palestina dan dapat mewakili titik balik dalam sikap industri ventura terkait konflik Israel-Hamas karena semakin banyak orang yang berupaya untuk bersuara mendukung gencatan senjata.
 
Perang Israel-Hamas terbukti memecah belah industri teknologi. Israel, yang merupakan rumah bagi pasar teknologi dan startup terkenal, telah memperoleh dukungan kuat dari individu dan institusi teknologi. Sebaliknya, seruan gencatan senjata dan dukungan terhadap Palestina telah menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan.

Baca juga: UIN Jakarta: 95 persen umat Islam taati fatwa MUI dukung Palestina
 
Biggar yang merupakan pendiri perusahaan CircleCI bernilai 1,7 miliar dolar Amerika, membentuk koalisi setelah menulis postingan blog viral yang mengkritik kurangnya dukungan yang ditunjukkan industri teknologi kepada masyarakat Palestina.
 
Dia mengatakan bahwa setelah dia menulis postingan blognya, ribuan orang menghubunginya dengan kata-kata dukungan, banyak dari mereka takut untuk mengungkapkan pendapatnya karena takut akan potensi dampak terhadap kariernya.
 
"Puluhan orang yang tidak hanya bersuara namun juga memulai proyek untuk mengubah industri ini guna memastikan bahwa orang-orang yang menyuarakan pendapat mereka mengenai Palestina dapat didengar. Puluhan orang lainnya secara sukarela membantu. Saya mulai menghubungkan orang-orang ini, dan komunitas bersatu dengan sangat cepat," tambah Biggar.
 
Platform ini, yang masih dalam tahap awal, akan menampilkan proyek-proyek yang dijalankan oleh kelompok-kelompok kecil dan berfungsi sebagai tempat untuk berbagi sumber daya dan saran, sesuatu yang sudah dilakukan oleh banyak pekerja teknologi pro-Palestina secara pribadi.
 
Mereka telah mendapatkan nama-nama seperti Idris Mokhtarzada, pendiri unicorn Truebill, untuk membantu membangun platform tersebut. Sejauh ini, mereka telah membuat lencana untuk digunakan para insinyur di GitHub yang menyerukan gencatan senjata dan membuat cuplikan HTML untuk digunakan orang-orang di situs web mereka guna memasang spanduk dukungan gencatan senjata.

Baca juga: Dewan Profesor Universitas Brawijaya deklarasi advokasi bagi Palestina
 
Biggar mengatakan ada rencana untuk bekerja lebih banyak dengan organisasi-organisasi Palestina dan membantu startup Palestina dengan bimbingan dan kredit cloud. TechCrunch sebelumnya melaporkan bahwa perang telah menghancurkan sebagian besar industri teknologi Palestina yang sedang berkembang.
 
Inisiatif Tech for Palestine muncul ketika jumlah korban tewas di kalangan warga Palestina terus meningkat. Dalam beberapa minggu terakhir, para pejabat AS dilaporkan telah mendorong Israel untuk berbuat lebih banyak guna melindungi warga sipil di Gaza meskipun mereka menyebut dukungan AS terhadap keamanan Israel tidak tergoyahkan.
 
Biggar berharap, setidaknya, bahwa koalisi baru ini akan mendorong perubahan yang lebih besar dalam hal menyuarakan pendapat.
 
“Narasinya baru saja berubah,” katanya. “Kami berupaya untuk memungkinkan lebih banyak orang yang merasa dibungkam untuk bersuara, kami baru memulai".

Baca juga: Para menlu OKI harapkan dukungan Prancis untuk akhiri krisis di Gaza

Penerjemah: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024