“Para menlu (OKI) mengharapkan Prancis menggunakan pengaruhnya terhadap negara lain untuk tidak menerapkan standar ganda untuk kasus Palestina,”
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah menteri luar negeri negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), termasuk Indonesia, mengharapkan dukungan Prancis untuk mengakhiri krisis kemanusiaan yang dipicu perang antara Israel dan kelompok Hamas Palestina di Gaza.

Permintaan itu disampaikan oleh menlu Indonesia, Arab Saudi, Palestina, Yordania, Mesir, Nigeria, dan Sekjen Liga Arab dalam pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dilanjutkan pertemuan dengan Menlu Prancis Catherine Colonna di Paris pada Rabu (22/11).

“Para menlu (OKI) mengharapkan Prancis menggunakan pengaruhnya terhadap negara lain untuk tidak menerapkan standar ganda untuk kasus Palestina,” kata Menlu Indonesia Retno Marsudi menyampaikan keterangan pers secara daring pada Kamis waktu Jakarta.

Penerapan standar ganda perlu dihindari karena hukum internasional dan hukum humaniter internasional harus dihormati oleh semua negara di dunia, termasuk ketika merespons situasi terkini di Gaza yang belasan ribu warganya tewas akibat serangan membabi-buta yang dilancarkan Israel dengan menargetkan warga dan fasilitas sipil.

Dalam pertemuan yang disebut Retno berlangsung cukup lama dan sangat terbuka dengan Presiden Macron, para menlu OKI kembali menekankan pentingnya gencatan senjata dan pemberian bantuan kemanusiaan yang tanpa hambatan bagi warga terdampak konflik di Gaza.

“Para menlu (OKI) menyambut baik ucapan Presiden Macron bahwa ‘tidak ada double standard’ bagi Prancis,” tutur Retno.

Sementara dalam pertemuan dengan Menlu Prancis, para menlu OKI membahas mengenai pentingnya sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB yang lebih kuat dan menyeluruh, terutama mengenai masalah bantuan kemanusiaan. Dalam hal ini, posisi Prancis sebagai anggota tetap DK PBB sangat diharapkan untuk bisa mendukung.

Prancis merupakan destinasi terakhir yang dikunjungi para menlu OKI setelah China, Rusia, dan Inggris, untuk menggalang dukungan bagi penyelesaian krisis di Gaza dan mengupayakan perdamaian Palestina—sesuai mandat KTT OKI-Liga Arab yang diselenggarakan di Riyadh pada 11 November lalu.

Pendekatan pertama yang dilakukan para menlu OKI adalah dengan mengunjungi dan menemui pemerintah negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB yaitu China, Rusia, Inggris, dan Prancis.

Pendekatan yang sama, menurut Retno, akan dilakukan juga ke sebanyak mungkin pihak.

“Kita sangat berharap dengan diskusi yang terbuka ini, maka upaya untuk melakukan de-eskalasi akan dapat terus dilanjutkan, walaupun kita tahu masih terdapat perbedaan pandangan, terutama mengenai isu gencatan senjata,” kata dia.

Dalam diskusi dengan negara-negara tersebut, ujar dia, semua pihak sepakat mengenai pentingnya bantuan kemanusiaan yang lebih besar dan cepat dari yang ada saat ini, mengingat situasi kemanusiaan di Gaza sudah sangat buruk.

“Semua juga sepakat menentang forced displacement (upaya pemindahan secara paksa warga Palestina oleh militer Israel). Semua juga memiliki kesamaan pandangan bahwa solusi dua negara masih harus menjadi rujukan bagi penyelesaian masalah Palestina,” tutur Menlu Retno.

Baca juga: Temui Menlu Inggris, Retno tegaskan kekejaman di Gaza harus dihentikan
Baca juga: Paus temui keluarga Palestina, sebut peristiwa Gaza sebagai genosida


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023