Ankara (ANTARA) - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu menyesalkan serangan Israel yang menewaskan sedikitnya lima warga sipil, termasuk bayi berusia lima hari, di sebuah rumah sakit yang dikelola Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) di Gaza.

"Saya menyesalkan serangan hari ini terhadap rumah sakit Al-Amal yang dikelola oleh PRCS di kota Gaza selatan, Khan Younis," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus di X.

Serangan itu, ujarnya, menyebabkan kerusakan parah pada pusat pelatihan PRCS yang terletak di dalam kompleks rumah sakit.

Dia menambahkan bahwa rekan-rekannya sedang melakukan misi ke fasilitas tersebut, tempat mereka "menyaksikan kerusakan parah dan pengungsian warga sipil."

Serangan Israel di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 22 ribu orang, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Pengeboman tersebut, bersamaan dengan serangan darat, telah menghancurkan daerah kantong yang terkepung itu. Sedikitnya setengah dari 2,2 juta penduduk Gaza mengungsi dan mengalami kelangkaan makanan, air, dan obat-obatan.

Sementara itu, jumlah resmi korban jiwa akibat serangan Hamas terhadap Israel tercatat sebanyak 1.200 orang.

Tedros mengatakan 14 ribu orang berlindung di rumah sakit tersebut dan banyak di antara mereka sudah pergi.

Orang-orang yang masih berada di sana sangat khawatir akan keselamatan mereka,  dan berencana untuk meninggalkan tempat mereka berlindung itu untuk menyelamatkan diri.

"Rumah sakit, ambulans, pekerja kesehatan, dan orang-orang membutuhkan perawatan harus dilindungi, setiap saat, berdasarkan hukum humaniter internasional. Pengeboman hari ini sungguh tidak masuk akal," kata kepala WHO itu.

"Sistem kesehatan Gaza sudah terpuruk, sementara pekerja kesehatan dan bantuan terus menerus terlambat dalam upaya mereka menyelamatkan nyawa akibat permusuhan," kata dia lebih lanjut.

Dia mengatakan dirinya bergabung dengan masyarakat internasional dalam menyerukan pemberlakuan gencatan senjata dengan segera.

"Termasuk segera memastikan percepatan dan tanpa hambatan terhadap aliran suplai makanan, obat-obatan, air dan barang penting lainnya kepada jutaan warga sipil yang terpaksa hidup dalam kelaparan, meluasnya penyakit, dan kurangnya kebersihan dan sanitasi," katanya, menambahkan.

"Kondisi ini tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata," kata dia lebih lanjut.

Tedros menekankan bahwa hanya sejumlah kecil pasokan yang dapat diterima, dan hanya sebagian kecil warga Gaza yang membutuhkan evakuasi medis yang dapat dievakuasi.

"Tidak dapat diterima, bencana kemanusiaan mengerikan telah terjadi selama tiga bulan terakhir. Tentunya, pergerakan WHO, khususnya di Gaza utara dan yang semakin meningkat di selatan, sangat terhambat oleh kekerasan yang sedang berlangsung di Gaza," katanya.

"Operasi kami semakin terhambat ketika mitra lokal kami yang penting, seperti Bulan Sabit Merah, juga terkena dampak yang tidak perlu dari serangan tersebut," kata dia lebih lanjut.

"Jika kondisi untuk memungkinkan gencatan senjata belum terpenuhi saat ini, saya tidak tahu apa lagi yang diperlukan," kara Tedros.

"WHO menegaskan kembali bahwa (petugas) kesehatan tidak boleh menjadi target selama konflik, dan semua upaya harus dilakukan untuk melindungi fasilitas kesehatan, petugas kesehatan dan pasien," ujarnya.

Sumber: Anadolu

Baca juga: UNRWA peringatkan 40 persen penduduk Gaza berisiko kelaparan
 

Baca juga: Palestina desak PBB umumkan bencana kelaparan di Gaza

 

Musim dingin perburuk kehidupan pengungsi Gaza di tengah konflik

Penerjemah: Katriana
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024