Kabupaten Bogor (ANTARA) - Terdakwa kasus polisi tembak polisi di Rumah Susun Polri, Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ifan Muhammad Saifoulah dan Iqbal Gilang Dewangga, didakwa pasal 338 KUHP tentang pembunuhan biasa.

"Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dengan pasal 338 KUHP," kata Jaksa Penuntut Umum Anita Dian Wardhani saat membacakan dakwaan dalam sidang perdana di Pengadilan Negeri Cibinong, Bogor, Kamis.

Kedua terdakwa yang menewaskan Brigadir Polisi Dua Ignatius Dwi Frisco Sirage atau Bripda IDF (20) itu juga didakwa Undang-Undang Darurat Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 karena senjata api yang digunakan oleh terdakwa menyebabkan tewasnya Bripda ID.

Kemudian, Ifan Muhammad Saifoulah didakwa pasal 359 KUHP karena dinilai lalai hingga mengakibatkan orang lain mati, serta Iqbal Gilang Dewangga didakwa pasal 56 KUHP karena dianggap sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan.

Baca juga: Polres Bogor limpahkan berkas kasus polisi tembak polisi ke Kejaksaan

Selain membacakan dakwaan, JPU menerangkan peristiwa polisi tembak polisi yang terjadi di Rusun Polri Cikeas, Bogor, pada Minggu, 23 Juli 2023 sekira pukul 01.40 WIB.

Awalnya, Sabtu, 22 Juli 2023, sekitar pukul 17.00 WIB, terdakwa Ifan mendapatkan satu unit senjata api Colt 1911 kaliber 45 ACP dari Iqbal Gilang Dewangga di rumahnya di Perumahan Bukit Golf Riverside, Bojong Nangka, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor.

Usai mendapatkan senjata api tersebut, Ifan pun membawanya dengan tujuan untuk menjualnya. Namun, pada saat dicoba, senjata api tersebut ternyata dalam kondisi macet saat dikokang, lalu diperbaiki.

"Kemudian terdakwa membawa senjata api tersebut berikut magazine yang telah terisi 7 butir peluru, 1 per senjata, dan sebuah boks yang berisi 12 butir peluru kaliber 45 ACP," papar Anita.

Baca juga: Polres Bogor masih dalami motif penembakan Bripda IDF

Setelah senjata api terisi peluru, Ifan pun membawa senjata itu ke Rusun Polri Gegana dan masuk ke kamar di lantai 1 milik saksi Alfanugi.

"Lalu terdakwa kembali menawarkan senjata api tersebut dengan memvideokan cara penggunaan senjata api tersebut ke rekan-rekan lainnya melalui media sosial," tuturnya.

Usai menawarkan senjata api secara daring, Ifan bersama Alfanugi pun berniat membeli minuman keras dan meminta bantuan saksi Ahmad Yunisa untuk membelikannya.

"Kurang lebih sekitar 15 menit, saudara Ahmad datang membawa minuman jenis kawa-kawa," ujar Anita.

Baca juga: Polres Bogor rekonstruksi 75 adegan kasus tertembaknya Bripda IDF

Setelah menenggak minuman keras tersebut, Ifan kembali mengutak-atik senjata api yang dibawanya dan mengeluarkan isi peluru sebanyak tujuh butir. Lalu terdakwa menyusun sisa peluru ke dalam kotak peluru.

Ifan pun sempat menodongkan senjata api tanpa peluru tersebut ke arah Alfanugi dan langsung ditepis Alfanugi.

"Setelah dipastikan aman, senjata api tersebut tidak berisi peluru dan kosong. Saudara Ahmad dan Alfanugi pindah tempat duduk ke arah kasur," ucapnya.

Kemudian ketika melihat korban Ignatius Dwi Frisco Sirage (IDF) datang, Ifan pun kembali mengisi senjata api Colt model 1911 kaliber 45 ACP tersebut dengan satu butir peluru dan mengokangnya.

"Lalu terdakwa mengarahkan senjata api berisi tersebut ke arah korban Ignatius Dwi Frisco Sirage dengan menggunakan tangan kiri," tuturnya.

Lalu Ifan pun menarik pelatuk senjata api sehingga terjadi ledakan dan peluru mengenai bawah kuping telinga kanan dan mengakibatkan Bripda IDF.

Baca juga: Polri berhentikan Bripka IGP terkait kasus tertembaknya Bripda IDF
Baca juga: Keluarga catat lima poin kesengajaan dalam kasus tewasnya Bripda IDF

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2024