Tetap hati-hati, meskipun masyarakat sudah terbiasa
Jakarta (ANTARA) - Bupati Kepulauan Seribu Junaedi melarang nelayan pada wilayah kabupaten di Provinsi DKI Jakarta itu untuk mengabaikan keselamatan dengan alasan sudah terbiasa dan paham dengan kondisi cuaca ekstrem di perairan kawasan itu..

"Tetap hati-hati, meskipun masyarakat sudah terbiasa dan paham akan cuaca di sana, tetap saja menjaga keselamatan diri agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," kata Junaedi di Jakarta, Jumat.

Kondisi saat ini, yang tengah memasuki musim angin barat, dapat menjadi hambatan nelayan untuk melaut. Gelombang tinggi dan cuaca yang tidak mendukung, diharapkan menjadi perhatian para nelayan dan tidak memaksakan diri berlayar.

Junaedi mengimbau masyarakat juga mewaspadai potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, yang tengah melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

Baca juga: Kemenhub sosialisasikan keselamatan angkutan laut di Kepulauan Seribu

"Kami bersama jajaran pengamanan lainnya juga sudah berkoordinasi, untuk bergerak cepat apabila terjadi gejala dan terjadi bencana," kata dia.

BMKG pada 3 Januari 2024 menyebutkan dalam sepekan terakhir, cuaca ekstrem berupa hujan lebat turut memicu terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, di beberapa daerah.

Bahkan untuk sepekan ke depan, mulai 3 - 10 Januari 2024 perlu diwaspadai potensi hujan intensitas sedang hingga lebat di sejumlah provinsi termasuk DKI Jakarta.
 
Pasokan ikan
Terkait pemenuhan kebutuhan ikan di Provinsi DKI Jakarta selama musim angin barat, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta Suharini Eliawati mengatakan saat ini 'cold storage' di Pelabuhan Perikanan Muara Angke dan Nizam Zachman Muara Baru, Jakarta Utara terisi berkisar antara 40 sampai 50 persen.

Baca juga: Jakpreneur diajak manfaatkan tulang ikan di Kepulauan Seribu
 
Oleh karena itu, Pemprov DKI optimistis tetap dapat memenuhi pasokan ikan selama musim Barat.

Di samping itu, pemerintah juga terus menjaga pasokan ikan dari luar daerah melalui jalur darat.

Sedangkan di Kepulauan Seribu, keadaan saat ini sebenarnya sudah diprediksi oleh para nelayan karena cuaca buruk/angin barat pasti terjadi setiap tahun.
 
Nelayan sudah mengantisipasi dengan mengatur pendapatan sebelumnya untuk biaya hidup selama tidak melaut.
 
Tanpa mengabaikan kepentingan nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan melaut, pemerintah tetap berusaha menyadarkan bahwa keselamatan menjadi yang utama.

Baca juga: Dishub DKI normalkan tarif retribusi kapal penyeberangan Pulau Seribu

Contoh tindakan nelayan yang mengabaikan keselamatan ialah menyelam dengan alat bantu nafas berupa kompresor. Tidak hanya karena berbahaya, kebiasaan itu dalam waktu yang lama juga dapat merugikan kesehatan paru-paru.
 
Sejumlah nelayan kompresor kini sudah mulai beralih menjadi nelayan jaring maupun nelayan keramba apung dengan adanya petugas yang selalu melakukan komunikasi, pendekatan persuasif dan lain-lain terhadap mereka.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2024