Jerusalem (ANTARA News) - Israel, Selasa, memulai proses pembebasan 26 tahanan Palestina, beberapa jam sebelum kedua belah pihak bertemu dalam perundingan perdamaian yang baru di tengah meningkatnya perselisihan soal pembangunan permukiman oleh Israel.

Kedua puluh enam tahanan itu merupakan gelombang pertama dari keseluruhan 104 tahanan yang akan dibebaskan dalam beberapa tahap, lapor AFP.

Pembebasan itu merupakan bagian dari kesepakatan perdamaian yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan membawa Israel dan Palestina kembali ke meja perundingan pada 30 Juli lalu. Perundingan itu merupakan yang pertama kali terwujud dalam hampir tiga tahun terakhir ini.

Namun, pertemuan yang dijadwalkan berlangsung hari Rabu itu tampaknya dibayang-bayangi oleh tindakan Israel yang memajukan rencana pembangunan ratusan rumah baru bagi warga Israel di wilayah-wilayah yang diinginkan Palestina untuk dijadikan bagian dari negaranya pada masa depan.

Kendati ketegangan meningkat karena pembangunan permukiman itu, Israel terus maju dengan janjinya untuk membebaskan 26 tahanan jangka panjang.

Dua bus yang diisi para tahanan terlihat meninggalkan penjara Ayalon di dekat Tel Aviv pada Selasa, demikian dilaporkan koresponden AFP.

Satu bus yang mengangkut 15 tahanan berangkat menuju Erez dengan menyeberangi jalan masuk sebelah utara ke Jalur Gaza, sementara satu bus lainnya mengarah ke kota Ramallah di Tepi Barat.

Tak lama setelah itu, salah satu bus terlihat memasuki kompleks penjara Ofer yang dioperasikan Israel di Ramallah, kata laporan koresponden lainnya.

Di dalammnya, 11 warga Tepi Barat akan bertemu dengan para pejabat tinggi Palestina, kemudian akan dipindahkan ke sebuah bus Palestina, yang akan membawa mereka ke kompleks tempat presiden Mahmud Abbas berada, Muqataa, untuk mengikuti upacara penyambutan.

Juru bicara Lembaga Pemasyarakatan Israel sebelumnya mengatakan kepada AFP bahwa mereka akan tetap berada di Ofer dan Erez sampai pukul 01.00 waktu setempat (Rabu, 05.00 WIB), yaitu saat mereka akan secara resmi dibebaskan.

Pembebasan tahanan dijalankan sebagai sikap untuk membangun kepercayaan menjelang pertemuan hari Rabu di Yerusalem, yang direncanakan akan berlangsung di Hotel King David dengan dihadiri oleh mediator Amerika Serikat, Martin Indyk.

Namun, hari Selasa ketegangan muncul setelah Israel menyetujui pembangunan hampir 1.000 rumah baru di Yerusalem timur yang dicaploknya sehingga menyulut tuduhan dari Palestina bahwa Israel berniat menggagalkan perundingan yang mulai stabil.

Yasser Abed Rabbo, pejabat tinggi pada Organisasi Pembebasan Palstina, mengatakan pengumuman itu, juga disetujuinya pembangunan hampir 1.200 rumah di Yerusalem timur dan wilayah-wilayah lainnya di Tepi Barat, berpotensi membuat proses perundingan menjadi hancur.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, yang melancarkan diplomasi ulang-alik hingga akhirnya kedua belah pihak melakukan pertemuan awal di Washington bulan lalu, mengatakan Abbas tidak akan menyerah dengan mudah menyangkut perundingan.

Abbas "bertekad untuk terus berunding karena ia yakin perundingan adalah langkah yang akan menyelesaikan masalah ini," kata Kerry, Selasa, dalam lawatannya ke Brasilia.

Pekan lalu, Washington mengatakan perundingan selanjutnya akan dilangsungkan di Yerusalem pada 14 Agustus, namun sejauh ini para pejabat Israel dan Palestina masih bungkam tentang pertemuan tersebut. 


Penerjemah: Tia Mutiasari

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013