Beijing (ANTARA) - Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun menegaskan bahwa suara Indonesia didengar di berbagai forum kerja sama internasional dan bukan hanya sebagai penonton,

Dubes Djauhari menyampaikan hal tersebut pasca Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2024 yang disampaikan Menlu Retno Marsudi dari Gedung Merdeka, Bandung. KBRI Beijing mengadakan "nonton bareng" PPTM dari aula KBRI.

"Apa yang disampaikan Ibu Menlu itu sebenarnya beliau agak rendah hati karena banyak hal telah dicapai pada tatanan global maupun regional," kata Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun di KBRI Beijing, China pada Senin.

"Lihat saja bagaimana presidensi kita di G20, keketuaan kita di ASEAN, dan lihat saja bagaimana Ibu Menlu bisa secara intensif ikut dalam mencari solusi terhadap isu Palestina. Saya merasakan sebenarnya bahwa suara Indonesia itu semakin didengar pada tataran regional maupun pada tatanan multilateral, kami yang merasakannya," tambahnya.

Dalam PPTM, Menlu Retno Marsudi menyebutkan dalam hampir 10 tahun terakhir, rekam jejak diplomasi Indonesia dirasakan di kawasan dan dunia seperti pengakuan dari "Lowy Institute", "Chatham House" maupun "The Strait Times" sehingga jelas bahwa Indonesia adalah salah satu pemain utama di kawasan dan global, bukan sebagai penonton.
Suasana "nonton bersama" Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2024 di di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing, China pada Senin (8/1/2023). (ANTARA/HO-KBRI Beijing)


"Saya di Beijing merasakan hal tersebut karena sering diundang oleh duta-duta besar lainnya untuk bertukar pikiran mengenai diplomasi Indonesia, mengenai partisipasi Indonesia di berbagai badan internasional, bagaimana tanggapan Indonesia untuk isu-isu global dan kita berada di salah satu pusat geoekonomi dan geopolitik yaitu di Beijing, jadi tahu persis juga bagaimana Indonesia berperan," tambah Dubes Djauhari.

Menurut Dubes Djauhari, KBRI Beijing juga sering diundang ke berbagai konferensi internasional yang diadakan di China.

"Kami hadir bukan sebagai peserta, tapi sebagai pembicara karena mereka ingin mengetahui Indonesia ke depan ingin seperti apa dan bagaimana kontribusi Indonesia untuk mencari solusi terhadap berbagai permasalahan baik regional maupun global," ungkap Dubes Djauhari.

Sejumlah peran lain yang sudah dilakukan Indonesia di tingkat global misalnya upaya Presiden Joko Widodo mencari solusi perang Rusia dan Ukraina di tengah berbagai tekanan

"Kemudian pada saat kita menjadi anggota Dewan Keamanan PBB, bagaimana juga Ibu Menlu bolak-balik ke New York untuk membahas berbagai isu-isu global. Bagaimana Indonesia juga berpartisipasi di badan-badan yang terkait dengan 'Bretton Woods Institution' seperti Work Bank, IMF, WTO. Peran Indonesia itu semakin didengar dan selalu dimintakan kontribusinya," jelas Dubes Djauhari.

Terkait pernyataan "Indonesia sebagai penonton di forum internasional", sebelumnya diberitakan, capres nomor urut 1, Anies Baswedan mengatakan jika ia terpilih sebagai presiden, akan mengembalikan posisi Indonesia menjadi pelaku utama di konstelasi global.

"Ketika kepercayaan bapak, ibu, sekalian diberikan kepada kami, maka kami Insyaallah akan mengembalikan posisi Indonesia menjadi pelaku utama di dalam konstelasi global, Indonesia tidak hadir sebagai penonton tapi Indonesia hadir sebagai penentu arah perdamaian, kemakmuran bagi seluruh bangsa di level global maupun di level regional," kata Anies dalam Debat Pilpres 2024, Minggu (7/1).

Baca juga: Menlu tegaskan Indonesia pemain utama di kawasan, bukan penonton
Baca juga: Menlu Retno: satu dekade diplomasi hasilkan 27 perjanjian ekonomi

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024