Pemerintah telah menyiapkan skenario jangka panjang untuk memitigasi risiko bencana perubahan iklim di pantura Jawa melalui konsep pembangunan giant sea wall atau tanggul laut
Jakar (ANTARA) - Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan rencana pemerintah untuk membangun tanggul pantai dan tanggul laut (giant sea wall) sebagai salah satu proyek jangka panjang.

Megaproyek tersebut dibuat guna mengatasi adanya ancaman dari banjir rob dan penurunan muka tanah (land obsidence) di wilayah utara Pulau Jawa.

“Pemerintah telah menyiapkan skenario jangka panjang untuk memitigasi risiko bencana perubahan iklim di pantura Jawa melalui konsep pembangunan giant sea wall atau tanggul laut,” kata Airlangga dalam acara seminar nasional di Jakarta, Rabu.

Untuk proyek giant sea wall di wilayah Jakarta, ada tiga tahapan atau fase pembangunan.

Fase pertama dimulai dengan pembangunan tanggul pantai dan sungai, serta pembangunan sistem pompa dan polder di wilayah Pesisir Utara Jakarta.

Kemudian fase kedua, pembangunan tanggul laut dengan konsep terbuka (open dike) pada sisi sebelah barat pesisir utara Jakarta yang harus dikerjakan sebelum tahun 2030.

Fase ketiga, pembangunan tanggul laut pada sisi sebelah timur pesisir utara Jakarta yang harus dikerjakan sebelum tahun 2040.

Jika laju penurunan tanah tetap terjadi setelah tahun 2040, maka konsep tanggul laut terbuka akan dimodifikasi menjadi tanggul laut tertutup.

Berdasarkan beberapa kajian, Menko Airlangga menyampaikan estimasi kerugian ekonomi secara langsung akibat banjir tahunan di pesisir Jakarta mencapai Rp 2,1 triliun per tahun, dan dapat meningkat terus setiap tahunnya hingga mencapai Rp10 triliun per tahun dalam 10 tahun ke depannya.

Sedangkan estimasi kebutuhan anggaran untuk proyek fase pertama sebesar Rp164,1 triliun. Pembiayaan proyek menggunakan skema Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan bahwa Pulau Jawa yang berperan sebagai kontributor nasional terhadap PDB terbesar saat ini sedang menghadapi tantangan berupa erosi, abrasi, banjir, dan penurunan permukaan tanah, terutama di wilayah pesisir pantai utara (pantura) Jawa.

Mengutip hasil studi JICA 2020, menunjukkan kawasan pantura Jawa menyumbang sekitar 20,7 persen PDB melalui kegiatan industri, perikanan, transportasi, dan pariwisata.

Di samping itu, wilayah pantura juga merupakan tempat tinggal penduduk yang cukup padat, dengan estimasi jumlah penduduk lebih dari 50 juta jiwa.

Oleh karena itu, kata Airlangga, ancaman banjir rob dan penurunan muka tanah tak hanya membahayakan keberlangsungan aktivitas ekonomi, tetapi juga kehidupan jutaan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut yang berpotensi dapat terkena dampak bencana.

“Di perkirakan setidaknya terdapat 70 Kawasan Industri, 5 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), 28 Kawasan Peruntukan Industri, 5 Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri,” jelas Airlangga.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menilai megaproyek giant sea wall kemungkinan akan terwujud 30-40 tahun mendatang.

“Tadi lihat untuk fase pertama saja itu Rp164 triliun, mungkin semuanya nanti yang saya dengar, semuanya itu akan memakan 50-60 miliar dolar AS atau mungkin lebih,” tutur Prabowo.


Baca juga: Menteri ATR/BPN serahkan HPL lokasi pembangunan tanggul laut Jakarta
Baca juga: BBWS: Progres tanggul laut Semarang capai 15 persen
Baca juga: DKI bangun tanggul pesisir utara Jakarta secara bertahap


Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024