Jerusalem (ANTARA News) - Penghentian serangan udara selama 48 jam oleh Israel di Lebanon tak berarti negara Yahudi itu mengakhiri perangnya melawan Hizbullah, kata Menteri Kehakiman Haim Ramon, Senin. "Penghentian kegiatan udara kami tak menunjukkan berakhirnya perang. Sebaliknya, keputusan ini akan memungkin kami menang dalam perang ini dan mengurangi tekanan internasional," kata Ramon kepada Radio Angkatan Darat. Ramon dipandang dekat dengan Perdana Menteri Ehud Olmert dan salah satu anggota kabine keamanan di negara tersebut. "Untuk menghentikan perang pada tahap ini akan berarti kemenangan bagi Hizbullah ... ," kata Ramon. Seorang lagi anggota kabinet yang dipandang dekat dengan Olmert, Menteri Penyerapan Imigrasi Zeev Boim, mengatakan kepada radio swasta bahwa penghentian serangan udara "terbatas dan sementara". Boim menyatakan penghentian seangan udara takkan berlaku "jika kami melihat upaya oleh Hizbullah untuk mengumpulkan roket dan senjata lagi dari Suriah". Sementara itu Lebanon menjadikan hari Senin sebagai hari berkabung nasional bagi sebanyak 54 korban, termasuk 30 anak, dalam pemboman Israel di desa Qana, Lebanon selatan. Kantor bank dan layanan masyarakat tutup dan bendera dikibarkan setengah tiang untuk mengenang korban tewas dalam seangan Ahad, korban jiwa paling banyak sejak Israel melancarkan serangan militernya terhadap Lebanon tiga pekan lalu. "Pemerintah Lebanon mengumumkan satu hari berkabung resmi Senin untuk menghormati korban jiwa di Qana dan semua korban lain pemboman Israel," kata Menteri Penerangan Lebanon Ghazi Aridi. Banyak gambar anak-anak yang tewas dan ditemukan dari bawah reruntuhan di Qana disiarkan oleh seluruh harian Lebanon, sebagian diberi pinggir hitam sebagai tanda berkabung, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006