Dari jumlah kasus DBD tersebut, paling banyak ditemukan di Kota Dumai, yakni sebanyak 450 kasus dengan empat orang diantaranya meninggal dunia
Kota Pekanbaru (ANTARA) - Dinas Kesehatan Porvinsi Riau mencatat, selama  2023 sebanyak 1.742 warga Riau diserang demam berdarah dengue (DBD), dan sebanyak 15 orang meninggal.

"Dari jumlah kasus DBD tersebut, paling banyak ditemukan di Kota Dumai, yakni sebanyak 450 kasus dengan empat orang diantaranya meninggal dunia. Berikutnya di Kota Pekanbaru sebanyak 287 kasus," kata Kepala Dinas Kesehatan Riau Sri Sadono Mulyanto dalam keterangannya di Pekanbaru, Kamis.

Baca juga: Legislator minta DKI tingkatkan fasilitas layanan guna tekan angka DBD

Ia mengatakan, demam berdarah dengue atau DBD adalah penyakit yang menular melalui nyamuk yang terjadi di daerah tropis dan subtropis di dunia. Gejala DBD terlihat yang umum adalah demam tinggi dan gejala seperti flu.

Sedangkan pada DBD yang parah, katanya menyebutkan, bisa menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah secara tiba-tiba (syok) dan bahkan kematian.

"Banyak orang tidak mengalami tanda atau gejala DBD. Ketika gejala benar-benar terjadi justru sering dikira sebagai penyakit lain, seperti flu. Biasanya gejala DBD akan muncul mulai empat hingga 10 hari setelah digigit nyamuk," katanya.

Baca juga: Dinkes Ngawi minta warga lakukan PSN saat musim hujan cegah DBD

Sementara itu kasus DBD selanjutnya ada di Kabupaten Indragiri Hilir yakni sebanyak 147 kasus dengan empat orang diantaranya meninggal dunia. Di Kabupaten Kampar sebanyak 134 kasus dengan empat orang meninggal dunia, di Kabupaten Rokan Hulu sebanyak 93 kasus dengan satu orang meninggal dunia.

Di Kabupaten Pelalawan tercatat 107 kasus, di Kabupaten Indragiri Hulu sebanyak 23 kasus, di Kabupaten Kuantan Singingi 97 kasus, Bengkalis 126 kasus, Kabupaten Siak 153 kasus dengan dua orang meninggal. Di Kabupaten Rokan Hilir sebanyak 91 kasus dan Kepulauan Meranti 34 kasus.

"Berdasarkan data kasus DBD terbanyak terjadi pada Oktober 2023 yakni mencapai 223 kasus. Januari 200 kasus, September 178 kasus, Mei 139 kasus, Februari 123 kasus, Maret 113 kasus, April 92 kasus, Mei 139 kasus. Juni 124 kasus, Juli 158 kasus dan Agustus 188 kasus," demikian Sri Sadono. 

Baca juga: Kemenkes gencarkan edukasi tentang Wolbachia untuk cegah disinformasi

Pewarta: Frislidia
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024