Kita ingin menganalisa dan menyikapi apa yang terjadi pada pasar modal maupun nilai tukar rupiah dan SUN, pada hari ini,"
Jakarta (ANTARA News) - Rapat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) tingkat deputi sepakat untuk mewaspadai kondisi perekonomian terkini, yang mengalami gejolak akibat pelemahan nilai tukar rupiah dan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada Senin sore.

"Kita ingin menganalisa dan menyikapi apa yang terjadi pada pasar modal maupun nilai tukar rupiah dan SUN, pada hari ini," kata Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro saat ditemui seusai rapat di Jakarta, Senin malam.

Ikut hadir dalam rapat koordinasi tersebut Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Robert Pakpahan, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida dan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Mirza Adityaswara.

Bambang menjelaskan gejolak yang terjadi saat ini merupakan kombinasi dari kondisi global dan domestik, yaitu akibat kemungkinan penarikan operasi stimulus dari Bank Sentral AS (The Fed) dan adanya tekanan terhadap defisit transaksi berjalan.

"Kalau global itu berasal dari spekulasi kapan federal reserve akan mulai menarik operasi stimulusnya dari pasar uang dunia. Itu tentunya menimbulkan spekulasi untuk kita, yang capital inflow-nya masih tergantung pada asing," ujarnya.

Sedangkan, Bambang menambahkan, defisit transaksi neraca berjalan belum mengecil karena diperkirakan dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi baru terasa pada triwulan III-2013.

"Dampak kenaikan harga BBM terhadap impor migas belum bisa dilacak, karena masih pendek sekali dampaknya. Itu menjadi concern utama karena defisit transaksi berjalan meningkat, investor punya pertimbangan, yang pasti berdampak pada nilai tukar rupiah, SUN, dan juga pasar saham," ujarnya.

Bambang mengatakan hasil pembahasan dalam rapat FKSSK pada tingkat deputi, akan dibawa dalam rapat tingkat pimpinan, sebagai respon untuk memberikan kestabilan terhadap sistem keuangan dan perekonomian nasional.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menambahkan Bank Indonesia akan melakukan berbagai langkah untuk ikut menjaga kestabilan sistem keuangan dan memperkecil defisit neraca transaksi berjalan.

"Kita terus akan melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Kita juga akan terus melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder dan sekaligus juga membantu mendukung stabilitas di pasar SBN," katanya.

Perry juga memprediksi defisit neraca transaksi berjalan akan menurun dari 4,4 persen terhadap PDB pada triwulan II-2013, menjadi 2,7 persen dari PDB pada triwulan III-2013 karena adanya penurunan impor migas.

Sementara, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan OJK telah mencermati dan melakukan pengawasan atas gejolak yang terjadi dan siap melakukan langkah pencegahan sesuai kebutuhan yang ada.

"Kita sudah punya Standar Operasi Prosedur (SOP) saat terjadi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan pada level tertentu. Di capital market kita juga punya program ke depan. Kita terus mengawasi berbagai tekanan," katanya.

Menurut Nurhaida, OJK juga akan melakukan langkah strategis untuk pendalaman pasar dengan menyiapkan berbagai alternatif produk jasa keuangan maupun industri keuangan non bank yang bermanfaat sebagai sarana investasi.

"Antara lain menambah supply dan demand. Makin banyak produk, IPO, sehingga pilihan lebih banyak. Kemudian penambahan investor, baik individual maupun institusional," katanya.

Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore (19/8), kembali ditutup anjlok sebesar 5,58 persen menyusul ekspektasi Bank Sentral AS (The Fed) untuk mengurangi stimulus keuangan.

Dengan demikian, IHSG BEI ditutup turun 255,14 poin atau 5,58 persen ke posisi 4.313,52. Sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 50,77 poin (6,69 persen) ke level 708,09.

Sedangkan, nilai mata uang rupiah, pada Senin sore, juga bergerak melemah ke posisi Rp10.540 per dolar AS dari sebelumnya Rp10.380 per dolar AS, melemah 160 poin, seiring dengan spekulasi di pasar uang atas rencana The Fed tersebut.

(S034/M014)

Pewarta: Satyagraha
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013