Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berkolaborasi dengan PT Bio Farma (Bio Farma) dan PT. Takeda Innovative Medicines (Takeda) dalam penerapan beberapa upaya berkesinambungan untuk menanggulangi kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia.

Berdasarkan siaran pers yang diterima, Jumat, kerja sama secara kontinu tersebut juga diharapkan dapat membantu pemerintah mencapai target nol kematian akibat DBD di tahun 2030. Artinya, diharapkan tidak ada lagi kasus kematian akibat DBD mulai 2030 dan seterusnya.

“Untuk dapat menekan angka kejadian dengue di Indonesia, diperlukan pelaksanaan strategi yang menyeluruh dan sistematis. Untuk itu, kami melihat penguatan sistem dan data menjadi kunci yang akan dapat mengantarkan kita kepada tujuan bersama ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030. Tapi tentunya hal ini tidak lepas dari perlunya sinergi yang kuat antara berbagai pihak, baik pemerintah, maupun sektor swasta,” ujar Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu.

Baca juga: Guru Besar UI paparkan bakteri Wolbachia tak menginfeksi manusia

Adapun kerja sama tersebut di antaranya meningkatkan peran dan kapasitas tenaga kesehatan, komunitas, dan masyarakat melalui kegiatan kampanye “Ayo 3M Plus” dan pelaksanaan vaksin DBD.

Selain itu, kolaborasi juga ditujukan untuk memperkuat pengumpulan dan validasi data persebaran dengue di Indonesia, dan berbagai inovasi guna menurunkan angka kejadian dengue.

Sehubungan dengan hal tersebut, Kemenkes RI telah meluncurkan Aplikasi Sistem Informasi Arbovirosis (SIARVI) pada bulan Februari 2023 lalu, yang ke depannya akan menjadi alat bantu kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan surveilans dengue dan Arbovirosis lainnya yang dapat menampilkan data real time.

“Seperti yang kita ketahui, sampai saat ini, belum ada obat yang spefisik untuk menyembuhkan dengue. Oleh karena itu, Takeda berkomitmen untuk memerangi dengue dengan membuka akses yang luas terhadap inovasi pencegahan dengue. Dalam hal ini, kami turut menggandeng Bio Farma sebagai mitra, untuk bersama-sama melindungi lebih banyak masyarakat dari bahaya dengue,” kata Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht.

Lebih lanjut, Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya menyampaikan bahwa salah satu kerja sama yang akan dilakukan ke depan adalah program vaksinasi DBD, serupa yang dilakukan akhir 2023 lalu di Kalimantan Timur, salah satu daerah endemik dengue di Indonesia dengan beban yang tinggi.

“Kami sangat antusias menjalankan program yang bersejarah ini, di mana ini merupakan pertama kalinya program vaksinasi untuk DBD dilakukan di Indonesia, dan sebanyak lebih dari 19 ribu dosis kami alokasikan untuk Kalimantan Timur. Kami melihat ini adalah sebuah momentum bagi Indonesia untuk menurunkan angka kasus DBD dan mendekati tujuan ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030,” imbuh Shadiq.

Kemenkes RI mencatat, dalam 47 pekan tahun 2023 (periode Bulan Januari – November), terdapat 83.302 kasus DBD pada 465 Kab/Kota di 34 Provinsi dengan angka kematian 574 kasus.

Baca juga: Kemenkes: Kasus DBD di Indonesia menurun

Baca juga: Ahli: Demam berdarah adalah penyakit toksik dan berbahaya

Baca juga: Kemenkes: Wolbachia tidak menyebabkan Japanese encephalitis


Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024