Jakarta (ANTARA) -
Organisasi Internasional Nirlaba, Global Peace Foundation (GPF) mengajak anak muda menciptakan perdamaian lewat program "Peace Project" dan membuka kesadaran akan pentingnya tempat ibadah yang inklusif lewat tur di Gereja Katedral, Jakarta, pada Sabtu.

"Tujuan peace project ini kita menciptakan ruang bagi anak-anak muda, sebenarnya enggak hanya anak muda, tetapi juga masyarakat agar bisa bertemu, berdialog, dan bekerjasama untuk Indonesia yang lebih baik dan bersama-sama membicarakan tentang perdamaian," kata General Manager GPF Indonesia Shintya Rahmi Utami saat ditemui di Gereja Katedral Jakarta.
 
Shintya menjelaskan, fokus penguatan pembangunan perdamaian oleh GPF lebih pada kegiatan-kegiatan edukasi dan membuka ruang dialog bersama anak-anak muda dan seluruh masyarakat sebelum terjadi konflik.
 
"Jadi memang fokusnya GPF itu bagaimana sebelum terjadinya konflik, lebih ke pencegahan. Maka, kita membuka ruang-ruang dialog, untuk pemuda-pemuda dengan perbedaan latar belakang sehingga konflik itu sebisa mungkin kita tahan agar tidak kejadian," ujar dia.

Menurutnya, konflik antaragama sebagian besar terjadi karena prasangka-prasangka tidak benar yang dibuat oleh sebagian penganut agama tertentu, sehingga penting untuk saling bekerja sama dalam menepis prasangka-prasangka tersebut.
 
"Karena kadang kita kan ada prasangka terhadap agama lain, di sini kita berharap bahwa prasangka-prasangka itu bisa terjawab langsung oleh para pemuka agamanya, jadi enggak ada lagi prasangka-prasangka, sehingga kita bisa bekerja sama, saling menghargai dan mempercayai," tuturnya.
 
Ia mengemukakan, lewat peace project maka peserta diajak untuk mendapatkan pengalaman langsung dengan datang ke rumah ibadah orang lain.

"Lewat peace project ini kita ingin mereka mendapatkan pengalaman langsung, datang ke rumah ibadah orang lain, bertemu agama lain, agar tahu bahwa selama ini praduga-praduga yang dipikirkan enggak seperti itu kok, dan kita ingin merasakan bahwa kita itu satu keluarga, terlepas dari perbedaan latar belakang, suku, maupun agama," paparnya.

Baca juga: Orang tua ingin kenalkan perdamaian dunia kepada anak lewat aksi bela Palestina
 
Sementara itu, Founder 5P Foundation, mitra GPF, Yuliandre Darwis menyampaikan bahwa semangat Peace Project yakni untuk menyatukan perbedaan, dimana Indonesia menjadi salah satu negara yang paling banyak dicontoh oleh dunia terkait toleransi.

"Jadi, konteksnya perbedaan hari ini, kita tahu agama salah satu unsur paling besar di Indonesia, karena keyakinan kan, tetapi bagaimana agar bisa saling menghormati, dan saling memahami. Jadi kita ajak teman-teman untuk ayo lah kita bareng, jangan pikirkan warnanya, itu semangatnya. Karena kalau di 5P foundation sendiri, kami kan didirikan dengan semangat bahwa Indonesia ini paling bisa menerima perbedaan, toleransi," kata Yuliandre.
 
Salah satu peserta asal Ciputat, Tangerang, Aven (19) menyampaikan bahwa tur di Katedral yang diselenggarakan hari ini memberikan pemahaman baru tentang perbedaan.
"Perbedaan itu bukan sebuah hambatan, justru sebagai semangat untuk kita menjadi semakin spesial. Enggak ada negara dengan perbedaan yang banyak seperti ini, beraneka ragam suku, bahasa, budaya, agama, semua itu jadi berwarna aja gitu," katanya.

Baca juga: Menkominfo harap Natal Nasional gaungkan perdamaian dan kerukunan

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024