Jakarta (ANTARA News) - Peneliti senior "Founding Fathers House" Dian Permata menilai mesin politik koalisi partai pengusung Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2013 tidak akan optimal bekerja untuk memenangkan pasangan itu.

"Kecuali Demokrat dan PPP, partai pengusung Karsa tidak bekerja optimal. Yang lain hanya memanasi mesin untuk persiapan menghadapi Pemilu 2014," katanya kepada wartawan di Jakarta, Rabu.

Menurut Dian, Demokrat berkepentingan untuk memenangkan pemilihan gubernur di Jawa Timur mengingat partai itu gagal meraih kursi gubernur di Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta.

Sementara itu, PPP berambisi menumbangkan PKB, rivalnya sesama partai yang berbasis Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur yang dikenal sebagai basis kaum Nahdliyin tersebut.

Namun, meski berupaya "all out", Demokrat menghadapi kendala di internal mereka karena di Jawa Timur partai berlambang bintang mercy itu lebih kental dengan pengaruh Anas Urbaningrum, mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat yang kini telah lengser.

"Pakde Karwo tahu betul suasana kebatinan Partai Demokrat yang keropos dan rasa Anas Urbaningrum kental betul di DPD Demokrat Jatim," katanya.

Sementara, di wilayah bagian barat dari Jatim atau biasa disebut Mataraman, Soekarwo yang berlatar belakang nasionalis juga tidak akan mudah melakukan penetrasi untuk meraup dukungan sebanyak-banyaknya karena harus bersaing dengan Bambang DH yang diusung PDIP.

"Pakde Karwo mau penetrasi kuat di Mataraman juga terganjal terpecahnya barisan GMNI. GMNI ada yang ikut Karwo, ada yang ikut Bambang DH bersama PDIP," katanya.

Karena itulah, kata Dian, Karsa memborong parpol untuk menjadi pengusung sekaligus pendukung untuk memuluskan langkah mempertahankan kekuasaan di Jawa Timur, selain untuk menutup kemungkinan majunya Khofifah Indar Parawansa, pesaing terberatnya pada Pilgub Jatim 2008.

Namun, lanjutnya, strategi Karsa tidak berjalan mulus. Khofifah tetap bisa ikut bertarung di Pilgub Jatim 2013 diusung PKB bersama lima parpol nonparlemen.

"Praktis mesin yang kuat bagi Karsa hanya PPP," kata alumni Universiti Sains Malaysia itu.

Menurut Dian, PPP sangat sadar dengan kondisi itu, sehingga partai yang dipimpin Suryadharma Ali itu berupaya memainkan peran sebaik mungkin. Melalui Saifullah Yusuf, PPP melakukan penetrasi ke basis NU, terutama kepada kalangan kiai dan pesantren.

"PPP yang menangguk untung. Citra Karsa jika dilihat dari sisi media content analysis terhadap pemberitaan akhir-akhir ini justru rasa PPP banget. Pernyataan masayikh di Lirboyo dan Ploso Kediri kental dengan PPP," kata Dian.

Menurut Dian, parpol pendukung Karsa yang lain yang juga bekerja adalah Partai Patriot Jawa Timur. Partai ini tidak berorientasi pada Pemilu 2014 karena tidak lolos verifikasi KPU, namun karena kedekatan ketuanya, La Nyalla Mattaliti, dengan Karsa.

"Nyalla menyasar kelas menengah ke atas lewat HIPMI, REI, Kadin, kalangan muda lewat Pemuda Pancasila, dan lain-lain," katanya.

Golput


Terkait soal partisipasi pemilih, khususnya menyangkut jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya atau disebut golongan putih (Golput), Dian tidak berani berspekulasi karena menurut dia hal itu harus dilihat dan diukur terlebih dulu melalui survei.

"Golput pada Pilgub Jatim 2008 memang mencapai angka 40 persen, apakah angka itu akan tetap, berkurang, atau bertambah tentu harus disurvei dulu jika ingin tahu sebelum pemilihan dilaksanakan," katanya.

Namun, mengingat sosialisasi pilgub dan calon yang menjadi kontestan oleh KPU Jatim terkesan kurang massif, maka bisa saja jumlah golput tetap tinggi.

"Dalam hitungan kasar, dalam kondisi ini tentu calon `incumbent` yang diuntungkan karena sudah dikenal luas selama menjabat," katanya.

Namun, lanjut Dian, jika pesaing calon lama itu mampu menarik simpati calon pemilih yang hingga saat ini belum menentukan pilihan (swing voters), maka bukan tidak mungkin akan mampu mengalahkan calon tersebut.

Secara terpisah, pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Hariyadi menegaskan bahwa karakter pemilih pemula atau pemilih muda itu tidak ditentukan parpol pendukung dari Cagub Jatim yang ada.

"Anak-anak muda itu biasanya lebih melihat sosok atau figur, apakah itu calon kepala daerah atau calon legislator, karena itu pengenalan terhadap figur itu menjadi kata kunci bagi pemilih pemula," katanya.

Selain itu, pengenalan seorang calon kepada anak-anak muda itu juga lebih mudah melalui jejaring sosial, seperti facebook, twitter, youtube, dan sejenisnya.

"Pengenalan sosok itu mencapai 70 persen lebih dari faktor pendukung ketertarikan anak-anak muda kepada seseorang, karena itu para kandidat harus banyak berselancar lewat jejaring sosial untuk mendekati pemilih pemula," katanya.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013