Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta nyaris menembus 11.000 per dolar AS pada Rabu, akibat sentimen negatif dari dalam dan luar negeri.

Rupiah pada Rabu sore ditransaksikan bergerak melemah 215 poin menjadi 10.945 per dolar AS dari posisi penutupan sebelumnya 10.730 per dolar AS.

Kondisi ekonomi makro dalam negeri dan rencana bank sentral AS The Fed mengurangi stimulusnya telah mendorong rupiah melemah, kata Kepala Ekuitas dan Penelitian PT Bahana Securities, Harry Su.

"Pemerintah diharapkan menjaga `current account` atau transaksi berjalan yang masih defisit," kata dia.

Ia mengharapkan mata uang dalam negeri dapat kembali menguat sehingga perusahaan yang memiliki utang dalam denominasi dolar AS tidak terimbas kinerjanya.

"Kita harapkan rupiah dapat menguat kembali. Kami prediksi akan berada di level 10.300 pada akhir tahun ini," ujar dia.

Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan tekanan terhadap rupiah masih berlanjut dan memasuki level yang semakin rawan.

"Namun, pelemahan sudah mendekati level batas atas yang dapat dikatakan sebagai level titik-balik menuju penguatan," kata dia.

Ia mengemukakan investor saat ini sedang menanti keluarnya notulensi "beige book" pertemuan the Fed pada 30-31 Juli lalu.

Notulensi tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai rencana kebijakan penurunan stimulus the Fed terkait dengan waktu dan besarannya.

"Sekitar 65 persen dari analis memperkirakan the Fed akan mengurangi stimulus keuangannya sebesar 10 miliar dolar AS menjadi 75 miliar dolar AS per bulan pada tahap awal, dari posisi saat ini sebesar 85 miliar dolar AS per bulan," kata dia.

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia rupiah berada pada 10.723 per dolar AS, lebih lemah dibanding posisi sebelumnya 10.504 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013