Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengkaji adopsi dan implementasi konsep kota cerdas di Surabaya, Provinsi Jawa Timur.

Periset Kewilayahan BRIN Kurnia Noviati mengatakan konsep kota cerdas di Surabaya sudah ideal dengan mengedepankan pembangunan yang rasional.

"Bagian yang sangat menarik bahwa inovasi-inovasi itu (kota cerdas) tidak hanya lahir dari sesuatu yang besar, tetapi dimunculkan dari produk-produk yang sifatnya teknologi sederhana," katanya dalam diskusi di kawasan BRIN Gatot Subroto Jakarta Selatan di Jakarta, Selasa.

Sejak 2002, Surabaya telah memulai konsep kota cerdas pada masa kepemimpinan Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono, lalu dilanjutkan Wali Kota Tri Rismaharini, dan saat ini oleh Wali Kota Eri Cahyadi.

Penerapan pemerintahan elektronik atau e-government telah dimulai sejak 2004 berkat dukungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Sejak saat itu banyak kota di Indonesia belajar langsung ke Surabaya terkait dengan penerapan kota cerdas.

Baca juga: Menparekraf: pemindahan ibu kota peta besar menuju Indonesia Emas

Meski konsep kota cerdas sarat dengan teknologi digital, katanya, Surabaya tetap mengedepankan teknologi sederhana yang memiliki dampak baik terhadap lingkungan, salah satunya instalasi pengolahan air limbah (ipal) dan arang dari batok kelapa yang diubah menjadi arang organik yang tidak berbahaya bagi lingkungan.

"Smart City (Kota Cerdas) Surabaya menjadi kompleks karena menghubungkan stakeholders (pemangku kepentingan), tidak hanya pemerintah kota, tetapi aktivis lingkungan, akademisi, jurnalis, perusahaan swasta, dan tidak kalah penting peran warga kampung," kata dia.

Dia mengatakan secara konsep, kota cerdas di Surabaya sudah relevan dengan kondisi kota tersebut karena menekankan kepada tiga pilar cerdas, berupa lingkungan, masyarakat, dan ekonomi.

Menurut dia, konsep yang diusung itu sudah ideal dan tinggal bagaimana konsep itu dikomunikasikan secara baik kepada para aktor yang terlibat dalam mendukung kota cerdas tersebut agar mereka saling bekerja.

"Kuncinya berkolaborasi supaya berkelanjutan dan perlunya kolaborasi antar aktor. Saya melihat juga di Surabaya dengan diselenggarakannya lomba (Smart City Surabaya) selama 13 tahun, hal itu menunjukkan kolaborasi antar aktor sudah berjalan dengan baik," kata Kurnia.

Baca juga: OIKN: Teknologi robot digunakan untuk pelayanan administratif di IKN
Baca juga: Kemenkominfo bina 251 kabupaten dan kota wujudkan "smart city"
Baca juga: Ahli: makna 'cerdas' dalam kota cerdas adalah pengelolaan sumber daya

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024