Kita optimistis tetapi tetap waspada, 'cautiously optimistic'.
Medan (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) IGP Wira Kusuma menyatakan, perekonomian di Sumut akan bertumbuh pada tahun 2024 tetapi semua pihak harus tetap berjaga karena ada faktor penahan yang bisa mempengaruhinya.

"Kita optimistis tetapi tetap waspada, 'cautiously optimistic'. Ini menggambarkan bagaimana perekonomian pada tahun 2024," ujar Wira dalam kegiatan 'Sumut Economic Outlook 2024', di Medan, Selasa.

Dia melanjutkan, pihaknya memproyeksikan perekonomian Sumut akan bertumbuh di kisaran 4,5-5,3 persen secara tahun ke tahun (year on year) pada 2024.

Pada tahun 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Sumut secara tahun ke tahun 4,87 persen pada triwulan pertama, 5,19 persen triwulan kedua dan 4,94 persen triwulan ketiga.

Wira menyebut, ada beberapa faktor yang membuat perekonomian provinsi tersebut merangkak naik, yaitu permintaan domestik yang kuat, penyelenggaraan Pemilu 2024 dan PON 2024, keberlanjutan program perlindungan sosial pemerintah, prospek investasi Sumut yang kuat di tengah perlambatan ekonomi serta masih tingginya permintaan sawit domestik lantaran berlanjutnya program bahan bakar B35 dan B40.

Namun, dia pun mengingatkan bahwa tahun 2024 masih dihantui risiko, seperti dampak El Nino terhadap sektor pertanian, perekonomian negara mitra belum pulih dan kalibrasi ulang beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN).

"Untuk beras, harga di beberapa provinsi di Sumatera misalnya Sumut, Sumatera Selatan, dan Lampung tinggi karena meski surplus lantaran stok yang ada disuplai ke Jawa. Jadi El Nino memang memberikan dampak," kata Wira.

Sementara situasi ekonomi di mitra dagang utama Sumut, yakni Amerika Serikat, China, dan India, yang merupakan tiga negara tujuan ekspor terbesar provinsi beribu kota Medan itu.

Menurut Wira, ekonomi Amerika Serikat diprediksi melambat karena selama ini tingkat suku bunga tinggi. China juga demikian lantaran sektor properti tersendat. BI pun memperkirakan India pun bernasib sama.

Akan tetapi, khusus untuk India, BI yakin permintaan domestiknya untuk minyak sawit mentah (CPO) Sumut akan tetap tinggi.

Lalu untuk kalibrasi ulang PSN, Wira menyebut itu sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 8 Tahun 2023 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional.

Dalam aturan tersebut, ada lima proyek yang dikeluarkan dari PSN di Pulau Sumatera, termasuk Jalan Tol Rantau Prapat-Kisaran yang jadi bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera senilai Rp33,725 triliun, sementara satu proyek baru dimasukkan.

Kemudian terkait inflasi, Perwakilan BI Sumut memperkirakan pada tahun 2024 nilainya 2,5 lebih kurang satu persen, sementara tahun sebelumnya rata-rata 2,25 persen. Itu masih masuk dalam sasaran nasional yaitu tiga plus minus satu persen.

Wira menjabarkan, beberapa hal pendorong inflasi pada 2024 seperti peningkatan permintaan menjelang Pemilu dan PON 2024, potensi kenaikan tarif cukai rokok, konflik geopolitik, kenaikan gaji ASN, terbatasnya pasokan akibat proteksi dari negara mitra dan gangguan produksi hortikultura pada 2024 akibat El Nino.

Sebaliknya, penahan inflasi di Sumut seperti sinergi pengendalian inflasi melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan kerangka 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi serta komunikasi efektif), penerapan kebijakan subsidi misalnya BBM dan minyak goreng, optimalisasi pemanfaatan anggaran pengendalian inflasi, peningkatan produksi pangan dan pemahaman potensi gangguan pasokan pangan akibat iklim.
Baca juga: Gubernur: Potensi daerah harus dikembangkan guna sejahterakan rakyat
Baca juga: Sumut genjot pertumbuhan ekonomi dengan pertanian hingga infrastruktur

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024