Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan membagikan sebanyak 40-50 mesin pembuat minyak jarak secara gratis kepada daerah yang memiliki kebun jarak pagar dan mampu mengelola pabrik minyak jarak. Deperin mendapat tugas membuat mesin penghasil minyak jarak, yang tadinya delapan mesin untuk delapan daerah masing-masing empat mesin berkapasitas 6.000 ton/tahun, dan empat mesin kapasitas 300 ton/tahun. Namun untuk menjangkau lebih banyak daerah, agar yang sudah menghasilkan biji jarak tercover maka kapasitasnya didownsize dari delapan mesin menjadi 40-50 mesin kecil, agar bisa disebar kemana-mana, papar Menteri Perindustrian, Fahmi Idris, di Jakarta, Selasa. Orientasi penyebarannya, lanjut Fahmi, adalah bagi pembangunan desa mandiri energi, misalnya desa nelayan, agar mereka bisa menggerakkan perahu dengan biodiesel, traktor tangan, dan penerangan. Konsep desa mandiri energi adalah desa dengan potensi lahan, dan tingkat pertama mesin diberikan gratis. "Kalau dulu mesin besar dikelola oleh BUMD sedangkan yang kecil oleh koperasi, tapi karena didownsize maka pengelolaannya oleh koperasi yang direkomendasi oleh Pemda, atau bisa juga kelompok masyarakat nelayan petani yang sudah terbentuk," paparnya. Pemerintah pusat yang menentukan kriteria daerah yang berhak mendapat mesin tersebut namun pemerintah daerah yang menentukan kepada siapa mesin tersebut diberikan. "Syaratnya misalnya, di mana mesin itu diserahkan harus cukup lahan untuk menanam jarak pagar, kemudian daerah mampu mendukung pengadaan pabriknya, karena mesin tidak boleh ditempatkan di tempat terbuka, dalam satu tahun diberikan dukungan modal kerja, setelah itu sepenuhnya dikelola oleh daerah. Jadi secara ekonomi, daerah itu bisa membiayai dirinya," jelasnya. Sementara itu, dalam rangka mengintensifkan substitusi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar nabati seperti etanol, Fahmi mengaku belum ada rumusan yang jelas. Meski demikian, Fahmi tak menyangkal pelarangan ekspor tetes tebu sebagai bahan baku bio etanol merupakan cara yang paling singkat untuk mendorong produksi etanol dalam negeri. Produksi tetes tebu yang setiap tahunnya 1,2-1,3 juta ton masih tidak dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri yang besar. "Jumlahnya kurang, kita masih mengekspor pula, antara 200-300 ribu ton bioetanol, jadi logis kita konsentrasikan untuk penggunaan dalam negeri metodenya bagaimana, macam-macam bisa kita tempuh,"ujar Fahmi.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006