Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan mengurangi impor bahan bakar minyak jenis solar untuk menekan defisit perdagangan yang terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir ini.

Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo di Jakarta, Jumat, mengatakan pemerintah akan mewajibkan pencampuran unsur nabati (fatty acid methyl ester/FAME) pada produk solar transportasi dari 2,5 menjadi 10 persen.

"Dengan peningkatan kewajiban mandatory ini, maka akan menekan impor solar," katanya.

Pemerintah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi untuk mengurangi dampak pelemahan rupiah terhadap dolar AS, di antaranya menekan impor solar melalui substitusi dengan biodiesel.

Saat ini, meski aturan hanya 2,5 persen, namun PT Pertamina (Persero) sejak 15 Februari 2012 sudah memakai FAME sebesar 7,5 persen.

Sesuai Peraturan Menteri ESDM No 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati Sebagai Bahan Bakar Lain disebutkan, kewajiban badan usaha melakukan pencampuran bahan nabati ke dalam BBM transportasi hanya 2,5 persen mulai Januari 2010 dan sejak Januari 2015 naik menjadi 5 persen.

Menurut Susilo, saat ini, kapasitas produksi FAME nasional mencapai 4,3 juta kiloliter per tahun atau setara 80.000 barel per hari.

"Kalau itu semua masuk ke dalam BBM, maka bisa mengurangi impor solar hingga 80.000 barel per hari," katanya.

Selain volume, pemakaian FAME juga menekan nilai impor, karena harganya lebih murah dibandingkan solar.

Harga FAME, lanjutnya, hanya sekitar Rp7.000 per liter, sedangkan solar hingga Rp9.000 per liter.

Ia juga mengatakan, pemerintah akan membuat Peraturan Menteri ESDM yang mewajibkan badan usaha seperti Pertamina memakai FAME 10 persen.

Selain Pertamina, lanjutnya, pemerintah juga akan mewajibkan PT PLN (Persero) dan industri memakai FAME dalam persentase tertentu.

"Saat ini, PLN memakai solar 5-6 juta kiloliter per tahun. Kalau diganti 40 persennya, maka sudah 2,4 juta kiloliter. Itu sudah mengurangi subsidi banyak," katanya.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, produksi FAME atau biodiesel berkadar nabati 100 persen pada 2013 ditargetkan naik 46 persen menjadi 2,65 juta kiloliter dari 1,81 juta kiloliter pada 2012.

Produksi FAME 2013 itu akan ditujukan ke pasar domestik 1,1 juta kiloliter dan ekspor 1,55 juta kiloliter.

Sementara pada 2012, produksi FAME untuk domestik 669 ribu kiloliter dan ekspor sebesar 1,14 juta kiloliter.


Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013