... keluarga yang terpisah adalah salah satu dari tugas-tugas paling mendesak... "
Seoul (ANTARA News) - Dua Korea, Korea Utara dan Korea Selatan, Jumat, merundingkan memulai kembali reuni keluarga, yang terpisah puluhan tahun akibat Perang Korea pada 1950-1953, saat mereka berusaha meredakan ketegangan lintas perbatasan.

Secara teknis, kedua Korea masih dalam status berperang karena deklarasi penghentian perang tidak pernah dikumandangkan, melainkan gencatan senjata.

Program reuni itu ditangguhkan setelah Korea Utara menembaki pulau perbatasan Korea Selatan pada November 2010 dan dimulai kembali setelah tiga tahun serta akan merupakan langkah simbolis tetapi penting.

Perundingan-perundingan antara para pejabat Palang Merah Korut dan Korsel, akan diselenggarakan di desa "gencatan senjata" Panmunjom, tempat ditandatangani gencatan senjata tahun 1953 yang menghentikan permusuhan itu.

"Masalah keluarga yang terpisah adalah salah satu dari tugas-tugas paling mendesak." kata ketua delegasi Palang Merah Korsel kepada wartawan dalam perjalanannya ke tempat perundingan itu.

"Saya akan melakukan usaha sekuat tenaga untuk memulihkan kerinduan mereka," katanya yang dikutip kantor berita Yonhap.

Seorang pejabat Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan pertemuan pagi ini dipusatkan pada masalah tanggal dan tempat reuni itu, serta jumlah para anggota keluarga yang mungkin dipilih untuk ikut serta.

Perundingan-perundingan itu hampir seluruhnya macet akibat perdebatan mengenai lokasi, dengan Korut menginginkan pertemuan itu diselenggarakan di daerah wisatanya Gunung Kumgang.

Selain reuni keluarga, Korut juga ingin membuka kembali kunjungan ke Gunung Kumgang, tetapi Seoul menegaskan bahwa kedua masalah itu jangan dikaitkan satu sama lainnya.

Korsel menangguhkan kunjungan itu pada tahun 2008 setelah tentara Korut menembak mati seorang wanita turis Korsel yang tersesat di satu zona terlarang.

Desakan bagi dimulainya kembali reuni-reuni itu diprakarsai pekan lalu oleh Presiden Korsel Park Geun-Hye, yang mendesak Pyongyang "membuka hatinya" dan setuju memulai kembali program itu pada hari libur Chuseok bulan depan-- saat keluarga-keluarga Korea secara tradisional berkumpul bersama.

Jutaan warga Korea tercerai berai akibat perang, yang membagi dua semenanjung itu. Sebagian besar meninggal tanpa memperoleh peluang untuk bertemu dengan para anggota keluarga yang tidak pernah mereka lihat sejak enam dasa warsa lalu.

Sekitar 72.000 warga Korsel-- hampir separuh dari mereka berusia lebih dari 80 tahun - masih hidup dan masuk dalam daftar tunggu bagi peluang untuk bergabung dalam kegiatan reuni keluarga, yang dipilih hanya untuk beberapa ratus peserta pada setiap reuni.

Para reuni-reuni itu, para warga Korsel dan Korut biasanya bertemu di Korut selama dua atau tiga hari sebelum para warga Korsel -- banyak yang menangis-- pulang.

Bagi mereka yang terlalu lemah untuk pergi, reuni-reuni melalui konferensi video telah diselenggarakan dalam tahun-tahun belakangan ini.

Program reuni itu dimulai pada 2000 setelah satu KTT brsejarah antar-Korea. Sejak itu telah dilakukan sejumlah acara reuni yang diikuti sekitar 17.000 orang sempat bertemu sebentar.

Reuni terakhir terjadi pada 2010 sebelum Korea Utara menembaki satu pulau perbatasan Korsel, Yeonpyeong.

Hubungan antar-Korea menunjukkan tanda-tanda membaik pada akhir-akhir ini setelah berbulan-bulan ketegangan militer yang memuncak setelah uji coba nuklir Korut Februari.

Kedua Korea telah sepakat untuk berusaha membuka kembali kompleks industri bersama mereka Kaesong yang ditutup April, dan Korea Selatan menyetujui usul Pyongyang bagi perundingan mengenai kunjungan-kunjungan ke Gunung Kumgang-- kendatipun itu tidak dapat dilakukan sampai akhir September.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013