Berdasarkan kajian dari Tim Vegetasi itu UGM melakukan upaya-upaya untuk memelihara lingkungan, seperti penanaman pohon, pemeliharaan, dan regenerasi,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Universitas Gadjah Mada Yogyakarta membentuk Tim Vegetasi yang bertugas merencanakan, melakukan, dan memonitor program vegetasi kampus, sebagai bentuk perhatian serius terhadap lingkungan.

"Berdasarkan kajian dari Tim Vegetasi itu UGM melakukan upaya-upaya untuk memelihara lingkungan, seperti penanaman pohon, pemeliharaan, dan regenerasi," kata Direktur Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset UGM Sudarmoko di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, UGM sebagai kampus "educopolis" selalu memperhatikan stabilitas ekosistem agar keseimbangan tetap terjaga, terutama ekosistem di lingkungan kampus.

"Jika keseimbangan ekosistem terganggu, UGM melakukan upaya untuk menstabilkan kembali keseimbangan ekosistem tersebut," katanya.

Ia mengatakan, saat ini terjadi gangguan keseimbangan ekosistem hutan kampus di utara Gedung Pusat UGM, yang biasa disebut hutan mini, karena perkembangan populasi burung Cangak Abu-abu yang sangat cepat yang melebihi daya dukung lingkungan.

"Jumlah burung Cangak Abu-abu yang terlalu banyak itu mendesak populasi burung lain. Burung-burung berkicau yang ukurannya kecil saat ini populasinya berkurang, sehingga keanekaragaman burung yang merupakan kekayaan hutan mini juga berkurang," katanya.

Oleh karena itu, agar keseimbangan ekosistem tetap baik, UGM melakukan pemangkasan lima pohon di hutan mini. Pohon yang dipangkas adalah pohon yang sudah sangat tinggi, yang saat ini menjadi tempat sebagian burung Cangak Abu-abu.

Menurut dia, dengan upaya itu diharapkan sebagian burung akan berpindah ke Hutan Biologi UGM atau hutan di lembah UGM, sehingga burung-burung jenis lain dapat kembali hidup di hutan mini dan keanekaragaman hayati akan pulih lagi.

"Pohon-pohon yang dipangkas dipilih sesuai dengan rekomendasi Tim Vegetasi," katanya.

Ketua Tim Vegetasi UGM Mochammad Na`iem mengatakan, burung Cangak Abu-abu menghasilkan kotoran yang kadar asam lambungnya sangat tinggi.

"Kotoran burung itu kemudian menutupi pori-pori pohon sehingga mengganggu respirasi dan asimilasi pohon. Akibatnya, saat ini beberapa pohon sudah mulai meranggas sehingga mengganggu regenerasi pohon," katanya.

Menurut dia, selain untuk menjaga keseimbangan ekosistem, pohon-pohon tersebut memang perlu dipangkas. Pemangkasan diperlukan karena pohon besar yang ada di hutan UGM adalah jenis sengon dan spatodhea yang sebenarnya bukan pohon yang mempunyai usia sangat panjang, sehingga jika terlalu tinggi akan memiliki risiko tumbang saat angin kencang.

"Beberapa pohon sudah tua, jika sampai tumbang bisa menimbulkan kerusakan lingkungan dan bisa mengancam keselamatan warga kampus dan pengguna jalan," katanya.
(B015/M008)

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013