Kairo (ANTARA News) - Aparat keamanan melarang pendukung Ikhwanul Muslimin mendekati Bundaran Tahrir, ikon revolusi Mesir di pusat kota Kairo yang berhasil menumbangkan rezim Presiden Hosni Mubarak pada 11 Februari 2011 dan Presiden Mohamed Moursi pada 3 Juli 2013.

Beberapa kelompok pengunjuk rasa yang membawa poster Moursi hendak memasuki Bundaran Tahrir usai shalat Jumat dialihkan ke arah Dokki, Kairo Barat.

Selain Tahrir, aparat keamanan yang terdiri atas personel polisi dan tentara juga melarang pendukung Moursi memasuki sejumlah alun-alun utama di Kairo seperti Bundaran Rabiah, Bundaran Al Nahdhah, dan Bundaran Remses, tempat bentrokan berdarah beberapa hari lalu.

Mobil Antara dipaksa berbelok ke arah jalan di sisi timur Kebun Binatang saat hendak masuk ke Bundaran Al Nahdhah di depan pintu gerbang utama Cairo University.

Masjid Al Fatah di Bundaran Ramses ditutup untuk shalat Jumat, begitu pula Masjid Rabiah Adawiyah yang hangus terbakar di luar dan dalamnya.

Kendati demikian, kubu Islam yang tergabung dari 30 Aliansi Pendukung Keabsahan Presiden Moursi termasuk Ikhwanul Muslimin memenuhi beberapa kawasan di Kairo seperti di Abbasea, Ain Shams, Helwan, bundaran dekat Piramida Giza dan Shobra Hayma.

Selain di kota Kairo, pendukung Moursi yang mengusung tema "Jumat Syuhada" sebagai protes atas tewasnya ratusan pendukung kubu Islam dalam dua pekan terakhir, juga di sejumlah kota provinsi seperti Iskandariyah, Matrouh, Terusan Suez dan Semenanjung Sinai.

Saat berita ini dikirim pada Jumat petang atau Sabtu dini hari WIB, suasana unjuk rasa secara umum berlangsung damai, namun kantor berita Mesir, MENA, melaporkan bahwa bentrokan sempat terjadi di Tanta, Provinsi Gharbiah tapi tidak menelan korban jiwa.

Para pengamat menilai, jumlah unjuk rasa pendukung Moursi ini sedikit menurun setelah hampir semua pejabat penting Ikhwanul Muslimin ditangkap, termasuk pemimpin tertingginya, Mohamed Badie, di samping Moursi. (M043/Z002)

Pewarta: Munawar Saman Makyanie
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013