Jakarta (ANTARA News) - Pengacara terkenal Mahendradatta mengaku tidak sedang "banting setir" ketika menerima "pinangan" Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) menjadi kuasa hukum utama yayasan penaung para pencipta lagu itu dua bulan lalu. "Nurani saya terpanggil untuk membela para pencipta lagu yang kehilangan haknya di tengah perkembangan industri musik," kata pengacara yang sebelumnya membela Ustadz Abu Bakar Ba`asyir itu di Jakarta, Selasa. Mahendradatta selama ini dikenal sebagai pengacara kasus-kasus yang erat terkait dugaan terorisme. Misalnya, kasus Ustadz Abu Bakar Ba`asyir, Amrozi dan kawan-kawan. Dia tidak menampik bila dijuluki pengacara khusus kasus "terorisme", tapi menurut pria periang yang "Njawani" ini ada hal lain yang tak kalah penting dengan terorisme yakni kehidupan para pencipta lagu, khususnya di Indonesia. Di mata Mahendradatta, sebagian besar nasib pencipta lagu di Indonesia masih mengenaskan. Bila ada lagu "meledak" di pasaran, yang terkenal adalah penyanyi, kelompok band atau perusahaan musik yang menaungi mereka, bukan para pencipta lagunya. Padahal, para pencipta lagu itu berhak menikmati hasil karya mereka dalam bentuk royalti, kendati sebagian di antara mereka sebenarnya sudah cukup senang hanya dengan lagu itu berhasil memasyarakat. Selain itu, para pencipta lagu juga banyak yang belum tahu bahwa mereka berhak memperoleh royalti dari lagu-lagu yang mereka ciptakan. "Saya menyaksikan eskalasi paling parah menyoal nasib pencipta lagu di Indonesia. Ada perbudakan manusia. Jika sedang jaya, pencipta lagu digelarkan karpet merah, tapi kalau sudah jatuh mereka tidak akan lagi dilirik, `siapa elo (sekarang)?" katanya serius. Mahendradatta juga sekilas menceritakan kecenderungan pihak-pihak tertentu dalam industri musik yang bermain-main dengan "pendaringan" --pendapatan-- banyak pencipta lagu maupun kelompok musik yang sedang terikat kontrak dengan mereka. Bahkan pihak-pihak tertentu itu ada yang tega "mematikan" karier pencipta lagu ataupun pemusik, dengan memerankan diri sebagai Tuhan (playing God).(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006