Rusun untuk keluarga. Kalau nanti sekolah anak-anak jauh, kami bisa bantu pindah sekolah
Jakarta (ANTARA) - Menteri Sosial Tri Rismaharini mengajak para tunawisma berdialog agar mereka mau tinggal di rumah susun (rusun) milik Kementerian Sosial.

Mensos Risma dalam keterangannya diterima  di Jakarta, Jumat (19/1) malam, menanyai satu per satu masalah dan keinginan para tunawisma yang kebanyakan adalah pemulung.

Ada beberapa opsi yang ditawarkan, di antaranya adalah mendapatkan pelatihan kewirausahaan di sentra Kemensos, pulang ke kampung halaman, atau tinggal di rusun milik Kemensos.

Mensos menekankan, yang bisa tinggal di rusun hanya mereka yang memiliki KTP DKI Jakarta dan sudah berkeluarga. “Rusun untuk keluarga. Kalau nanti sekolah anak-anak jauh, kami bisa bantu pindah sekolah,” kata Mensos.

Dari para tunawisma yang ditemuinya di jalan layang Kampung Melayu, Jakarta Timur, 21 orang yang diasesmen, mengaku tak sampai sebagian yang memiliki kartu identitas.

Mensos menawarkan kembali ke kampung halaman dan berwirausaha, dan akan dipantau perkembangan usahanya oleh Sentra Kemensos terdekat. Dikatakan Mensos, sukses tak selalu harus di Jakarta, di kampung juga bisa sukses.

Baca juga: Mensos Risma desain rumah antigempa untuk para pilar sosial di Cianjur

Baca juga: Mensos serahkan bantuan rumah kepada relawan sosial di Cianjur


“Kami siap antar bagi bapak ibu yang mau kembali ke kampung,” ujar Mensos

Respons yang didapat pun beragam. Ada yang langsung setuju kembali, ada yang masih ingin di Jakarta dan tidak mau kembali.

Untuk itu, Mensos menawarkan untuk tinggal dan mendapatkan pelatihan di Sentra Kemensos di Jakarta, terutama bagi yang sudah lansia.

“Tua harus ada tabungan. Kalau di sentra semua ditanggung. Misalnya kalau sakit, KTP gak ada, gimana caranya mau berobat,” kata Mensos.

Salah satu tunawisma asal Surabaya, Ubay (83), mengaku akan mengikuti saran dari Mensos.

Ia telah tinggal di Jakarta sejak kecil, namun beberapa tahun belakangan ini ia hidup menggelandang dan tidur di taman.

Sehari-hari, ia bekerja sebagai pemulung dengan penghasilan Rp35.000 – Rp50.000 per hari. Kakek yang akrab disapa Pak Uban ini berharap bisa kembali ke Surabaya.

“Saya ingin kembali. Ingat alamatnya (rumah di Surabaya), tapi lupa nomor rumahnya,” katanya kepada Mensos.

Mensos langsung menghubungi koleganya di Surabaya untuk membantu menemukan keluarga Ubay. Harapannya Ubay bisa kembali ke Surabaya.

Baca juga: Mensos ajak balai dan sentra tingkatkan pemberdayaan disabilitas

Baca juga: Mensos serahkan bantuan Atensi untuk anak penderita penyumbatan usus

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024