Jakarta (ANTARA) - Para peneliti melalui studi yang dipublikasikan dalam Journal of American Heart Association menemukan individu yang secara konsisten mengalami stres tinggi lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, obesitas, dan faktor risiko kardiometabolik lainnya.

Penelitian itu, seperti disiarkan Medical Daily, Kamis (18/1) melibatkan penilaian terhadap 276 peserta dari Southern California Children's Health Study, Amerika Serikat. Para peneliti menggunakan Perceived Stress Scale (PSS), sebuah alat untuk menilai persepsi stres di kalangan partisipan.

PSS mengukur sejauh mana individu menilai situasi dalam kehidupan mereka sebagai stres.

Baca juga: Psikolog sebut aromaterapi dapat bantu kelola stres 

Untuk anak usia dini hingga sekitar usia 6 tahun, PSS diperoleh dari respon yang diberikan oleh orangtua peserta. Kemudian, para peserta sendiri melaporkan tingkat stres mereka.

Para peserta kemudian dikelompokkan menjadi empat kelompok berdasarkan risiko yaitu stres tinggi secara konsisten, stres menurun, stres meningkat, dan stres rendah secara konsisten dari waktu ke waktu.

Skor risiko kardiometabolik mereka diukur menggunakan faktor-faktor seperti ketebalan arteri leher, tekanan darah sistolik dan diastolik, berat badan, persentase lemak tubuh dan distribusi lemak serta hemoglobin A1c. Berdasarkan analisis, para peneliti mencatat bahwa tingkat stres yang dirasakan lebih tinggi dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terhadap kondisi kesehatan kardiometabolik.

Peneliti mengatakan jika seseorang mengalami stres yang lebih besar sejak remaja hingga dewasa, cenderung memiliki kesehatan pembuluh darah lebih buruk, total lemak tubuh lebih tinggi, lebih banyak lemak di sekitar perut, dan risiko obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang stresnya berkurang seiring berjalannya waktu.

Baca juga: Alami stres karena perubahan? Berikut kiat psikolog menghadapinya

Secara umum, tingkat stres yang dirasakan lebih tinggi juga dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terhadap kondisi kesehatan kardiometabolik.

"Misalnya, orang dewasa yang mengalami tingkat stres yang lebih tinggi cenderung memiliki kesehatan pembuluh darah yang lebih buruk serta tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih tinggi,” kata peneliti.

Namun, penelitian ini memiliki jumlah peserta yang relatif kecil, yang dapat dianggap sebagai batasan.

Penulis studi Fangqi Guo dari University of Southern California, Los Angeles, Amerika Serikat, berpendapat pentingnya memahami dampak stres yang dirasakan pada masa kanak-kanak untuk mencegah, mengurangi atau mengelola faktor risiko kardiometabolik yang lebih tinggi pada orang dewasa.

“Temuan kami menunjukkan bahwa pola stres yang dirasakan dari waktu ke waktu memiliki dampak luas pada berbagai tindakan kardiometabolik termasuk distribusi lemak, kesehatan pembuluh darah, dan obesitas," kata dia.

Baca juga: Kapan kita sebaiknya melakukan "self care" untuk cegah stres?

Baca juga: Fakta psikologis dan kesehatan di balik kebiasaan duduk goyangkan kaki

Baca juga: Kiat mengelola stres dalam menjalani peran sebagai orang tua



Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024