Ikan bawal putih memang banyak dibutuhkan oleh warga Tionghoa setiap menjelang Tahun Baru Imlek
Cilacap (ANTARA) - Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) "Mino Saroyo" Untung Jayanto mengatakan ikan bawal putih mulai bermunculan di perairan selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menjelang Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili yang jatuh pada 10 Februari 2024.

"Ikan bawal putih memang banyak dibutuhkan oleh warga Tionghoa setiap menjelang Tahun Baru Imlek," kata Untung di Cilacap, Senin.

Kendati demikian, dia mengatakan ikan bawal putih yang sudah mulai bermunculan tersebut masih yang berukuran sedang dengan harga jual masih relatif normal, yakni berkisar Rp70 ribu hingga Rp80 ribu per kilogram.

Akan tetapi saat mendekati Imlek, harga jual ikan bawal putih akan melonjak seiring dengan meningkatnya permintaan dari konsumen.

Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, harga ikan bawal putih ukuran besar atau di atas 6 ons per ekor bisa mencapai kisaran Rp450 ribu hingga Rp500 ribu per kilogram.

"Hasil tangkapan ikan bawal putih sudah mulai bagus, semoga nanti harganya makin bagus saat mendekati Imlek," katanya.

Baca juga: KNTI Cilacap siap dampingi nelayan tradisional tingkatkan pendapatan

Baca juga: Dinas Perikanan sebut nelayan di Cilacap panen ubur-ubur


Disinggung mengenai realisasi lelang ikan di delapan tempat pelelangan ikan (TPI) yang dikelola KUD "Mino Saroyo" pada tahun 2023, Untung mengatakan berdasarkan data tercatat mencapai Rp117 miliar.

Menurut dia, realisasi tersebut melampaui target rencana anggaran pendapatan dan belanja KUD "Mino Saroyo" yang ditetapkan sebesar Rp100 miliar maupun realisasi tahun 2022 yang sebesar Rp77 miliar.

"Realisasi ini merupakan rekor karena selama saya menjadi ketua, baru kali ini bisa mencapai pendapatan di atas Rp100 miliar," kata dia yang telah 17 tahun menjadi Ketua KUD "Mino Saroyo".

Ia mengakui kondisi cuaca selama tahun 2023 yang jarang terjadi hujan dan dipengaruhi El Nino cukup menguntungkan nelayan yang melaut untuk menangkap ikan.

Dalam hal ini, ketika curah hujan sangat tinggi seperti pada tahun 2021-2022 yang dipengaruhi La Nina, hasil tangkapan nelayan berupa ikan cenderung menurun.

Disinggung mengenai hasil tangkapan nelayan Cilacap pada bulan Januari 2024, dia mengatakan berdasarkan pantauan relatif masih cukup bagus meskipun belum diketahui volumenya.

Ia menduga hal itu turut dipengaruhi oleh kondisi gelombang di perairan selatan Jawa Tengah yang relatif kondusif meskipun sudah memasuki musim angin baratan.

"Biasanya pada bulan Januari sering terjadi gelombang tinggi hingga sangat tinggi sebagai dampak musim angin baratan, namun sampai saat ini masih jarang terjadi gelombang tinggi," katanya.

Bahkan berdasarkan prakiraan tinggi gelombang yang dikeluarkan BMKG, kata dia, tinggi gelombang di perairan selatan Jawa Tengah sering kali dalam kategori sedang hingga tinggi..

Kendati demikian, dia mengakui harga jual ikan hasil tangkapan nelayan saat ini justru anjlok dan beberapa di antara turun hingga level terendah.

"Seperti harga cumi-cumi karet selama ini belum pernah menyentuh Rp11 ribu per kilogram, biasanya paling rendah cuma Rp17 ribu per kilogram. Oleh karena itu, seluruh cold storage di Cilacap penuh dengan cumi-cumi karet," katanya.

Selain cumi-cumi karet, kata dia, harga ikan layur juga sempat jauh hingga kisaran Rp30 ribu per kilogram, sedangkan cakalang saat sekarang relatif stabil di kisaran Rp16 ribu hingga Rp17 ribu per kilogram untuk ukuran di bawah 1 kilogram per ekor meskipun selama ini belum pernah mencapai harga serendah itu.

Menurut dia, hingga saat ini para pengusaha kapal penangkap ikan sedang mempelajari faktor penyebab anjloknya harga ikan tersebut.

"Apakah karena over product atau sebab lainnya, ini masih dipelajari oleh para pengusaha di Cilacap," kata Untung.

Baca juga: Nelayan Cilacap sambut baik kapal bermotor listrik berbasis baterai

Baca juga: Pemkab Cilacap segera ujicobakan perahu nelayan berenergi listrik

 

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024