Di BI, setiap minggu kami itu menyelenggarakan RDG dan setiap bulan kita juga menyelenggarakan RDG. Kalau bulanan itu dilakukan kajian secara lengkap semua aspek ekonomi dunia dan nasional
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyatakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang akan digelar oleh BI Kamis (29/8) besok ditujukan untuk mengkaji ekonomi global dan nasional secara lebih lengkap.

"Di BI, setiap minggu kami itu menyelenggarakan RDG dan setiap bulan kita juga menyelenggarakan RDG. Kalau bulanan itu dilakukan kajian secara lengkap semua aspek ekonomi dunia dan nasional, pada saat RDG mingguan, itu kajiannya tidak sedalam dan seluas pada RDG bulanan," kata Gubernur BI Agus D W Martowardojo saat ditemui usai Raker dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Rabu.

Menurut Agus, BI tidak bisa menunggu hingga RDG bulanan pada 12 September 2013 mendatang untuk dapat mengkaji kondisi ekonomi terkini.

"Kami mengamati kondisi dunia bergerak cepat, kita tidak bisa menunggu sampai tanggal 12 September baru kita lakukan kajian secara lengkap," ujar Agus.

Agus kembali mengatakan, BI menyambut baik keputusan pemerintah yang mengeluarkan empat kebijakan besar untuk menanggulangi neraca transaksi berjalan yang mengalami tren defisit dan untuk menanggulangi inflasi serta untuk membuat investasi berkesinambungan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

"Kami juga sudah keluarkan kebijakan pada Jumat (23/8) lalu tapi karena kebijakan pemerintah itu cukup luas dan beragam kita tidak bisa menunggu hingga tanggal 12 September untuk lakukan kajian secara lengkap," tutur Agus.

Agus menilai, kondisi perekonomian di Tanah Air memang perlu diwaspadai, namun kondisi tersebut tidak menunjukkan bahwa Indonesia sedang dalam keadaan yang buruk apalagi krisis.

Ia juga menegaskan bahwa BI selalu ada di pasar dan menjaga stabilitas nilai tukar yang mencerminkan fundamental ekonomi terutama nilai tukar yang mengarah ke neraca pembayaran yang sehat.

Selain itu, Agus juga menyatakan pelemahan nilai tukar Rupiah saat ini lebih baik dibandingkan pelemahan nilai tukar mata uang kawasan lainnya.

"Kalau nilai tukar ada pelemahan, di antara negara-negara yang lemah itu umumnya pelemahan karena dolar As yang menguat, dan Indonesia bukan yang terburuk, masih banyak negara-negara yang buruk," kata Agus.
(C005)

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013