Mereka akan melanjutkan penyelidikan hingga Jumat dan keluar dari Suriah pada Sabtu pagi serta melaporkan kepada saya segera setelah mereka keluar,"
Wina (ANTARA News) - Satuan pemeriksa PBB, yang menyelidiki kemungkinan serangan gas beracun di Suriah, akan meninggalkan negara tersebut pada Sabtu pagi, kata Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon pada Kamis di Wina.

"Mereka akan melanjutkan penyelidikan hingga Jumat dan keluar dari Suriah pada Sabtu pagi serta melaporkan kepada saya segera setelah mereka keluar," kata Ban kepada wartawan.

Ia mengatakan akan membagi hasil dan ulasan atas sampel dan bukti dengan anggota Dewan Keamanan serta semua negara anggota PBB.

Ban mengatakan telah berbicara dengan Presiden AS Barack Obama pada Rabu, sementara AS nampak semakin dekat dengan keputusan serangan militer.

"Saya menyampaikan harapan bahwa tim investigasi ini selayaknya diizinkan melanjutkan kerja mereka seperti yang dimandatkan oleh negara-negara anggota," katanya.

"Kami membicarakan bagaimana PBB dan dunia bisa bekerja bersama terutama dengan Amerika Serikat, (dan) bagaimana kita bisa mempercepat proses penyelidikan," ujarnya.

Ban berulangkali menyerukan tentangannya atas aksi militer di Suriah, satu hal yang didorong oleh AS, Inggris dan Prancis namun ditentang oleh anggota DK PBB lain, Rusia dan China.

Pada Rabu, Obama mengatakan ia belum membuat keputusan untuk melancarkan serangan militer, meski ia sudah pernah memberi peringatan bahwa penggunaan senjata kimia di Suriah berarti melanggar "batas merah" AS.

"Diplomasi harus diberi kesempatan... perdamaian harus diberi kesempatan," kata Ban.

"Adalah penting bahwa semua perbedan pendapat harus diselesaikan dengan cara damai dan melalui dialog," katanya.

Namun ia menambahkan: "Penggunaan senjata kimia oleh siapapun, untuk alasan apapun, dalam kondisi apapun, adalah kejahatan kemanusiaan dan harus dipertanggungjawabkan."

Satu tim inspeksi PBB pekan ini telah menyelidiki dugaan serangan gas beracun dekat Damaskus pada 21 Agustus, yang diklaim oleh oposisi Suriah telah membunuh ratusan orang.

Pemerintahan Bashar al-Assad dan oposisi saling tuding soal serangan itu, dan jika terkonfirmasi benar, akan menjadi penggunaan senjata paling mematikan sejak Saddam Hussein menyerang suku Kurdi Irak dengan gas pada 1988.

Ban berada di Wina untuk menerima medali atas jasa-jasanya saat ditempatkan di kota itu sebagai duta besar untuk Korea Selatan.
(S022)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013