Perhatikan debit air di sungai, bila mengalami peningkatan drastis di atas rata-rata normal maka segera menghindar. Begitu pun warga tinggal di sekitar lereng gunung waspada tanah longsor
Palu (ANTARA) -
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan warga di Sulawesi Tengah (Sulteng) agar memperkuat mitigasi mandiri menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi.
 
"Sulawesi Tengah telah memasuki musim hujan, sehingga masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman banjir, tanah longsor, maupun angin puting beliung," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis-Aljufi Palu, Nur Alim, di Palu, Rabu.
 
Menurut dia, musim hujan tidak terlepas dari ancaman hidrometeorologi sehingga di butuhkan kewaspadaan pada tingkat pemerintah daerah (pemda) maupun masyarakat untuk mengantisipasi hal-hal buruk.
 
Berdasarkan pengamatan BMKG setempat, puncak musim hujan di Sulteng berada pada bulan Januari hingga Februari 2024. Oleh sebab itu warga yang bermukim di sekitar bantaran sungai maupun bermukim di sekitar lereng gunung diimbau berhati-hati.
 
"Perhatikan debit air di sungai, bila mengalami peningkatan drastis di atas rata-rata normal maka segera menghindar. Begitu pun warga tinggal di sekitar lereng gunung waspada tanah longsor," ujarnya.

Baca juga: BPBD: Selama 2023 terjadi 111 bencana alam di Sulawesi Tengah
 
Selain itu BMKG juga mengimbau warga yang melakukan perjalanan pada malam hari, khususnya melintas jalur pegunungan, tetap waspada karena musim hujan dapat membatasi jarak pandang akibat kabut, termasuk jalan licin karena basah.
 
Menurut analisis BMKG, Kabupaten Poso, Sigi, Parigi Moutong, dan Tojo Una-una, merupakan wilayah yang masuk dalam zona rawan bencana hidrometeorologi, sehingga perlu kewaspadaan tinggi, karena wilayah-wilayah tersebut memiliki riwayat banjir bandang.
 
"Mitigasi yang baik sangat bermanfaat bagi keselamatan jiwa, termasuk meminimalisir kerugian material dari dampak bencana," ucap Alim.
 
Ia menambahkan Kabupaten Tojo Una-una beberapa waktu lalu di terjang banjir akibat intensitas hujan tinggi. Dalam peristiwa itu, lanjutnya, tujuh rumah warga hanyut terseret banjir dan satu warga meninggal karena terseret arus.
 
"Bencana tidak mengenal waktu, kapan saja bisa terjadi. Upaya yang bisa di lakukan dalam memperkuat mitigasi sebagai langkah antisipasi, termasuk koordinasi lintas sektor guna meminimalisir dampak ditimbulkan. Bencana juga memberikan dampak negatif terhadap sejumlah sektor," katanya. 

Baca juga: BPBD: Banjir berdampak pada 564 keluarga di Tojo Una-una
Baca juga: Korban banjir di Tojo Una-una Sulawesi Tengah butuh logistik

Pewarta: Mohamad Ridwan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024