Jakarta (ANTARA News) - Meningkatnya pendapatan per kapita Indonesia diperkirakan akan menyulitkan negosiasi Indonesia untuk mendapatkan pinjaman lunak dari negara ataupun institusi asing. Demikian diungkapkan Dirjen Perbendaharaan Depkeu, Mulia P Nasution, dalam penandatanganan MoU "Debt Swap" dengan Bank Pembangunan Jerman (KfW Entwicklungsbank) dan MoU pemberian pinjaman lunak dan hibah di Jakarta, Kamis. "Pinjaman ini sangat lunak. Harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dan dengan peningkatan penghasilan Indonesia maka kita akan semakin sulit mendapat pinjaman lunak karena kita mulai di-'upgrade' dan mulai didorong untuk memperoleh pinjaman dari pasar," katanya. Beberapa waktu lalu, Wapres Jusuf Kalla mengemukakan bahwa pendapatan per kapita Indonesia telah meningkat menjadi sekitar 1.500 dolar AS, sehingga Indonesia kini masuk ke dalam klasifikasi negara berpendapatan menengah bawah. Padahal, menurut data BPS, pada 2004 PDB per kapita Indonesia baru mencapai 1.152 dolar AS, dan pada 2005 1.283 dolar AS. Kenaikan tersebut diperkirakan karena tiga hal, yaitu peningkatan produk domestik bruto (PDB) Indonesia, pertumbuhan penduduk yang moderat, dan kurs rupiah yang menguat. "Kini negara donor dan lembaga multilateral seperti Bank Dunia dan ADB memprioritaskan dana bersyarat sangat lunak kepada negara-negara miskin, seperti negara-negara di Afrika," kata Mulia. Bank Pembangunan Jerman dalam kesempatan itu memberikan pinjaman lunak sebesar sembilan juta euro dengan masa jatuh tempo 40 tahun, bunga 0,75 persen dan "grace priode" 10 tahun. Pinjaman itu untuk pengembangan pelayanan kesehatan dan penyediaan perlengkapan medis, rehabilitasi, konsultansi dan pelatihan bagi RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Selain pinjaman, KfW Entwicklungsbank juga memberikan hibah senilai satu juta euro untuk tujuan yang sama. Mulia menegaskan pinjaman lunak tersebut akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan programn pembangunan yang prioritas dalam RPJM, seperti untuk kesehatan, pendidikan, dan pengentasan kemiskinan. (*)

Copyright © ANTARA 2006