Putrajaya (ANTARA News) - Sidang Darurat Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang diikuti 18 kepala negara akan menghasilkan deklarasi tentang penyelesaian masalah Palestina dan Libanon. "Saya tidak mau mendahului apa yang akan dikeluarkan sebagai deklarasi, tetapi sekarang sedang disusun deklarasi OKI tentang Palestina dan Libanon," kata Penasihat Presiden Ali Alatas ketika mendampingi Presiden Yudhoyono pada sidang darurat OKI di Putrajaya, Malaysia, Kamis. Ali Alatas merupakan salah satu pendamping Presiden Yudhoyono dalam pertemuan tersebut. Empat pendamping lainnya adalah Menko Polhukam Widodo AS, Menlu Hassan Wirajuda, Ali Alatas, anggota DPR Hilman Rosyad Shihab, serta Staf Khusus Kepresidenan bidang Hubungan Luar Negeri Dino Patti Djalal. Menurut Alatas yang juga utusan khusus Presiden untuk penyelesaian konflik Timur Tengah, deklarasi OKI itu akan mengarah pada tuntutan untuk segera mencapai gencatan senjata yang kemudian dijadikan dasar untuk menyelesaikan persoalan politik yang lebih sulit di kawasan itu. "Tidak sebaliknya, yaitu mencoba dulu prakondisi seperti perlucutan senjata (Hezbollah, red) baru kemudian gencatan senjata, seperti yang diinginkan Amerika Serikat," katanya. Adanya syarat perlucutan senjata itu, lanjut Alatas, tidak realistis dan tidak mungkin dilaksanakan. Dalam sidang itu, lanjutnya, OKI juga menyatakan bersedia mengirimkan pasukan perdamaian di bawah bendera PBB (United Nation Peace Keeping Force) khususnya untuk penyelesaian masalah konflik di Lebanon. Untuk penyelesaian konflik di Palestina, kata Alatas, OKI berharap kedua belah pihak (Israel dan Palestina) mau kembali pada negosiasi atau perundingan damai (Two State Negotiation Solution). Secara umum, lanjutnya, dalam sidang darurat OKI tersebut kebanyakan peserta sependapat dengan keharusan Israel untuk segera mencapai gencatan senjata baik di Libanon maupun Palestina.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006