Washington (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengirimkan Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) William Burns dalam misi menjadi perantara kesepakatan antara kelompok Palestina Hamas dengan Israel, menurut laporan yang diterbitkan Kamis (25/1).

Burns dijadwalkan ke Eropa dalam beberapa hari ke depan untuk ikut serta dalam pembicaraan dengan tiga pejabat regional, yaitu mitra Israel dan Mesir, David Barnea dan Abbad Kamel serta Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman al-Thani, sebut harian Washington Post, dengan mengutip pejabat anonim yang mengetahui rencana tersebut.

Namun, Gedung Putih menolak memberikan tanggapan mengenai perjalanan Burns ketika ditekan wartawan pada Kamis tetapi menyatakan bahwa dia telah "terlibat dalam membantu kami dalam persoalan rumah sakit yang ada dan mencoba membantu kami dalam mengejar hal lain."

“Pembahasan yang kami lakukan mengenai upaya untuk memperbarui kesepakatan penyanderaan adalah hal yang bijak serta serius,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby.

Mesir dan Qatar telah menjadi perantara utama antara Israel dan Hamas di tengah perang yang sedang berlangsung di Gaza, serta membantu menengahi penghentian sementara pertempuran tersebut, yang telah menewaskan sedikitnya 25.900 orang di wilayah pesisir, yang sebagian besar adalah perempuan. dan anak-anak.

Israel telah melakukan pemboman besar-besaran dan penyerbuan ke Jalur Gaza sebagai pembalasan atas serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan hampir 1.200 warga Israel.

Negara Zionis itu juga berupaya membatasi aliran bantuan internasional ke wilayah pesisir tersebut, yang telah berada di bawah blokade Israel selama 17 tahun.
Baca juga: Hamas siap lakukan gencatan senjata jika Israel melakukannya

Kesepakatan yang sedang dinegosiasikan akan mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa sebagai imbalan atas apa yang disebut Post sebagai “penghentian permusuhan terlama sejak perang dimulai tahun lalu.”

Tidak jelas berapa lama hal ini akan terjadi, tetapi Israel baru-baru ini mengusulkan jeda perang selama 60 hari dengan imbalan pembebasan semua sandera, menurut beberapa laporan.

Sebuah laporan Israel yang diterbitkan pada Kamis menyebutkan, Qatar mengatakan kepada Israel bahwa Hamas telah menangguhkan partisipasinya dalam pembicaraan yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan jeda tersebut.

Di antara kesepakatan itu adalah pertukaran tahanan, menuntut penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dan diakhirinya perang sebagai prasyarat untuk pembebasan sandera, yang mana akan ditukar dengan pembebasan tahanan Palestina.
Baca juga: Israel: Tak ada kemajuan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas

Qatar tidak menanggapi laporan tersebut secara terbuka.

Pemerintah Israel dan AS telah menolak seruan untuk melakukan gencatan senjata permanen untuk menghentikan pertumpahan darah. Israel telah bersikeras bahwa perang tidak akan berakhir hingga Hamas ditumpas.

Sekitar 85 persen warga Gaza mengungsi, semuanya mengalami kelangkaan pangan, dan sistem kesehatan yang sedang ambruk. Ratusan ribu orang hidup tanpa tempat berlindung dan hanya separuh jumlah truk bantuan yang dapat memasuki wilayah tersebut dibandingkan sebelum konflik.

Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan, PBB dan mayoritas masyarakat internasional telah menyerukan gencatan senjata untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.

Baca juga: Presiden Majelis Umum PBB serukan gencatan senjata di Gaza
Baca juga: Pemimpin Mossad, CIA temui PM Qatar di Doha bahas sandera
Baca juga: GNB kecam Israel dan serukan gencatan senjata di Gaza

Sumber: Anadolu

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024