Beijing (ANTARA) - Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Guangzhou mengadakan Forum Sinergi Diplomasi Ekonomi di China Selatan untuk menyusun strategi diplomasi yang dapat mendongkrak kerja sama ekonomi di provinsi Guangdong, Fujian, Hainan dan Daerah Otonomi Khusus Guangxi Zhuang.

Forum tersebut dihadiri perwakilan dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Indonesia Trade Promotion Center (ITPC), Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC), perwakilan BUMN, Kamar Dagang dan Industri Indonesia Komite Tiongkok (KIKT), Indonesian Chamber of Commerce in China (INACHAM) serta wakil pengusaha Indonesia di China bagian selatan.

"Pemerintah Indonesia siap memfasilitasi secara dekat investasi dari China, you will never walk alone," kata Direktur Promosi Wilayah Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika, Kementerian Investasi/BKPM Cahyo Purnomo yang memberikan sambutan kunci dalam forum itu di Shenzhen, China sebagaimana keterangan tertulis yang diterima ANTARA pada Jumat.

Forum tersebut menyepakati penguatan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan China harus sejalan dengan semangat kemitraan komprehensif dan strategis Indonesia dan China yang telah terjalin sejak 2013.

Wilayah selatan China disebut menjadi salah satu pintu masuk utama ekspor Indonesia ke China karena sekitar 38 persen produk-produk unggulan Indonesia seperti batu bara, kopi, sarang burung walet, makanan minuman dan buah-buahan tropis masuk melalui wilayah itu.

China bagian Selatan juga menjadi rumah bagi perusahaan-perusahaan raksasa Tiongkok seperti Huawei, BYD, Tencent dan ZTE yang merupakan investor bagi Indonesia di sektor prioritas seperti kendaraan elektrik (EV), kesehatan, bioteknologi, teknologi digital dan telekomunikasi.

"Wilayah China Selatan potensial menjadi pintu masuk produk-produk UMKM Indonesia dan sumber investor utama China yaitu perusahaan-perusahaan raksasa China yang masuk ke dalam Fortune 500 seperti Huawei, BYD, dan lainnya," kata Konjen RI Guangzhou Ben Perkasa Drajat dalam acara yang sama.

Provinsi Fujian, menurut Drajat, menjadi basis proyek nasional pengembangan kawasan industri kembar (Two Countries Twin Parks atau TCTP) untuk memajukan kerja sama industri dan sektor halal kedua negara.

Dalam rangka peningkatan kerja sama ekonomi Indonesia dan kawasan China Selatan, peserta forum sinergi mengidentifikasi sejumlah strategi yaitu pertama, memperkuat sinergi dan kolaborasi promosi perdagangan dan investasi di pameran utama kawasan tersebut seperti China-ASEAN EXPO, Maritime Silk Road International Expo (MSRE) dan Hainan Consumer Product Expo.

Kedua, mengembangkan peran "Indonesia Trading House" di Guangzhou dan Hainan untuk membuka akses pasar produk UMKM Indonesia.

Ketiga, memanfaatkan kerangka kerja sama sister city dan sister province serta menggunakan posisi provinsi di wilayah China Selatan yang memiliki status kawasan ekonomi khusus sebagai pintu masuk produk Indonesia.

Keempat, memfasilitasi dan mengatasi tantangan ekspor produk unggulan, termasuk UMKM Indonesia, antara lain melalui pembentukan inkubator bisnis.

Forum yang merupakan kerja sama KJRI Guangzhou, Bank Mandiri Cabang Shanghai dan UOB China itu ditutup dengan "business networking dinner" yang dihadiri sekitar 100 pengusaha China Selatan seperti Huawei, GEM, CATL, Brunp, Tencent, SPIC dan lainnya.

China diketahui sebagai mitra dagang terbesar Indonesia dengan nilai perdagangan pada 2022 mencapai lebih dari 133 miliar dolar AS (sekitar Rp2.002,8 triliun). Sementara di bidang investasi, China menjadi negara asal investor kedua terbesar bagi Indonesia dengan nilai 8,2 miliar dolar AS (sekitar Rp123,5 triliun) pada 2022.

Baca juga: Bagaimana kondisi ekonomi China pada 2024?
Baca juga: China rajai sektor manufaktur global selama 14 tahun berturut-turut

Baca juga: PBOC sebut aliran modal lintas batas China semakin stabil pada 2024
 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024