Kami terus lakukan pembinaan petani dan penyuluh secara rutin di seluruh pelosok Indonesia termasuk Papua Barat
Manokwari (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia melakukan pembinaan untuk meningkatkan kualitas penyuluh pertanian di Provinsi Papua Barat, sehingga dapat mengemban tugas dengan maksimal.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Prof Dedi Nursyamsi di Manokwari, Sabtu, mengatakan program pembinaan terhadap penyuluh pertanian, para petani termasuk petani milenial merupakan upaya menghadapi krisis pangan global.

Program tersebut sudah dimulai sejak November 2023 dan akan terus berlanjut sehingga penyuluh maupun petani memiliki kemampuan menjaga ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas produk.

"Kami terus lakukan pembinaan petani dan penyuluh secara rutin di seluruh pelosok Indonesia termasuk Papua Barat," tutur Prof Dedi.

Menurut dia penyuluh memiliki peran strategis dalam memberikan pendampingan langsung kepada petani agar meningkatkan produktivitas komoditas padi, jagung serta pangan lokal lainnya .

Petani juga diharapkan memanfaatkan bahan alam untuk memproduksi pupuk organik, hayati, kompos, maupun pestisida nabati sehingga tidak tergantung dengan pupuk kimia.

"SDM petani harus digenjot, dibimbing, dan didampingi supaya bisa berdikari dan mandiri. Ancaman krisis pangan global dan perubahan iklim ekstrim belum usai," ucap dia.

Melalui pembinaan SDM pertanian, kata dia, Kementan optimis Indonesia dapat mengatasi masalah krisis pangan bahkan swasembada pangan bisa tercapai pada tahun 2025-2026.

Pemerintah juga telah berkomitmen mengurangi impor beras mulai tahun 2024, oleh sebabnya sektor pertanian di seluruh Indonesia harus dioptimalkan melalui peningkatan produktivitas padi dan jagung.

"Tahun ini impor harus dikurangi, bahkan tahun berikutnya, tahun berikutnya lagi Indonesia harus swasembada dan ekspor," beber Dedi.

Ia mengajak seluruh penyuluh pertanian dan petani di Papua Barat bersinergi mewujudkan ketahanan pangan sehingga mengurangi ketergantungan pasokan dari provinsi lain seperti Sulawesi Selatan.

Papua Barat juga berpotensi mengembangkan komoditas pangan lokal seperti sagu, patatas, ubi jalar, dan lainnya sebagai bahan pengganti beras yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari.

"Syukur kalau ke depannya produksi beras surplus, bisa dikirim ke Maluku, Papua Nugini atau wilayah sekitar," tutur Dedi.

Sebagai informasi, pembinaan penyuluh pertanian yang diselenggarakan Kementan diikuti oleh 325 peserta terdiri dari mahasiswa Polbangtan Manokwari, penyuluh pertanian dan petani di Papua Barat.

Baca juga: Mentan berikan pembinaan 5.000 penyuluh dan petani di Sumbawa
Baca juga: Penyuluh pertanian diminta tanamkan semangat wirausaha pada petani
Baca juga: Gubernur Lampung: Penyuluh harus bangun pertanian berbasis teknologi

 

Pewarta: Fransiskus Salu Weking
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024