kita negara Bhinneka Tunggal Ika ya, makanya Betawi menari tortor, ya kayak tahu bulat saja, dadakan belajar dari menonton YouTube
Jakarta (ANTARA) - Lima wanita mewakili Persaudaraan Warga Kampung Bayam (PWKB) Jakarta Utara, Jeliana Siagian, Astutik, Netty Siagian, Winda Hardianti, dan Dela Agustin menari tortor atau  manortor asal Sumatera Utara di Kampung Muka Ancol, Pademangan, Senin.

Astutik (39) kepada ANTARA di Jakarta Utara, Senin, mengatakan aksi manortor di Kampung Muka dipersembahkan kepada calon  presiden nomor urut satu Anies Baswedan yang akan berkunjung ke kawasan Ancol.

"Kan kita negara Bhinneka Tunggal Ika ya, makanya Betawi menari tortor, ya kayak tahu bulat saja, dadakan belajar dari menonton YouTube," ucap Astutik.

Astutik mengaku dirinya dari Betawi, bukan Batak. Namun bukan berarti itu menjadi kesulitan baginya untuk belajar. Karena sejak Anies menjabat gubernur, Jakarta sudah menyediakan akses internet yang kencang untuk semua warga.

Dia berharap semua calon presiden 2024-2029 harus mempunyai komitmen serupa untuk memperhatikan kelancaran akses warga di seluruh Indonesia terhadap informasi yang mereka butuhkan.

Terkait itu, Jeliana (57), yang tertua dari penari tortor perwakilan dari PWKB itu mengaku resah karena belum pernah dijelaskan kapan bisa menghuni rumah susun yang dijanjikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kepada warga.

Jeliana berharap Pemprov DKI Jakarta juga lebih membuka akses informasi kepada warga. Sehingga tidak ada syak-wasangka di antara warga mengenai sebab Kampung Susun Bayam (KSB) belum bisa dihuni warga.

Jeliana mengatakan banyak spekulasi yang muncul akibat Pemprov DKI Jakarta memindahkan warga Kampung Susun Bayam ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa) lain di Cilincing, Jakarta Utara.

Padahal, menurut dia, warga sudah dibagikan nomor unit yang akan mereka tempati di Kampung Susun Bayam. Jeliana sendiri kebagian unit di Tower C lantai 2 Nomor 9 Kampung Susun Bayam.

"Apa yang membuat sulit kami menghuni Kampung Susun Bayam, justru itu yang menjadi pertanyaan buat kami warga Kampung Bayam, kenapa bisa lama begini? Karena unitnya sudah dibagi, tinggal menunggu kuncinya doang," kata Jeliana.

Menurut Jeliana keterbukaan informasi akan mencegah warga melakukan hal-hal yang melanggar hukum seperti menerobos masuk unit Kampung Susun Bayam yang menjadi hak mereka.

"Sekarang kan ada yang coba menerobos masuk. Mungkin itu cara dia ya untuk berjuang, karena dia punya hak menempati juga, sama seperti kami," kata Jeliana.
Lima wanita perwakilan dari Persaudaraan Warga Kampung Bayam (PWKB) Jakarta Utara, Jeliana Siagian, Astutik, Netty Siagian, Winda Hardianti, dan Dela Agustin usai beraksi 'Manor-tor' atau menari tortor di Kampung Muka Ancol, Pademangan, Senin (29/1/2024). ANTARA/Abdu Faisal

Tortor yang ditampilkan kelima wanita dari PWKB itu adalah tarian adat dari Tapanuli bagian Selatan.

Satu penari termuda, masih 17 tahun, Dela Agustin menarik perhatian karena mengambil posisi agak di belakang para penari lainnya, dan ekspresinya seperti mengkomunikasikan doa-doa dan harapan terkait situasi yang dialami warga.

Sejumlah warga mulai berkumpul di lapangan Kebon Sayur, Kampung Muka Ancol di Jalan Kampung Bandan, sejak pukul 13.00 WIB karena ingin menyambut kedatangan calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan.

Namun hingga pukul 15.00 WIB, yang ditunggu tidak kunjung tiba.
Baca juga: Jakpro minta warga eks Kampung Bayam optimalkan rusun Pemprov DKI
Baca juga: Legislator usulkan Bang Yos jadi mediator polemik Kampung Bayam
Baca juga: Pengamat: Rencana rusun baru di DKI sebagai upaya yang memberi solusi

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024