Manado (ANTARA) -
Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Steven Kandouw, meminta gereja ikut berperan melakukan edukasi terhadap jemaat agar menghindari pernikahan dini untuk mencegah stunting.
 
"Saya selalu menyampaikan stunting salah satunya disebabkan oleh pernikahan dini," kata Wagub di Manado, Senin.
 
Karena itu, dia mengajak generasi muda melakukan hal-hal baik, sementara orang tua ikut melaksanakan perannya mengawasi dan mengedukasi anak-anak.
 
Sebelumnya dalam setiap 100 kelahiran, ada sebanyak 25 anak yang berpotensi stunting. Angka itu kemudian menurun, di mana dari 100 bayi yang lahir tinggal 16 kasus yang ditemukan.
 
"Maunya kita angka prevalensi stunting di daerah ini nol persen. Karena itu, butuh kerja bersama kita semua termasuk gereja," ujarnya.

Baca juga: Guru Besar IPB: Kolaborasi kunci cegah masalah gizi sedini mungkin

Baca juga: Menkes tekankan pentingnya pemenuhan gizi dalam upaya cegah stunting
 
Wakil Gubernur Sulut keenam tersebut mengatakan, selain menghindari pernikahan dini, upaya lainnya yang bisa mencegah stunting adalah memperhatikan asupan gizi.
 
"Gereja di dalamnya warga jemaat memerhatikan asupan gizi. Ketersediaan asupan gizi yang baik dapat mencegah stunting," ujarnya.
 
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional bersama para pemangku kepentingan terus menekan angka prevalensi stunting hingga mencapai di bawah 14 persen tahun ini.
 
Berdasarkan survei status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting tertinggi di 15 kabupaten/kota di Sulut yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yang mencapai 30 persen, sementara terendah di Kota Tomohon 13,7 persen.

Baca juga: Menkes: Rutin timbang anak cegah penyakit stunting

Baca juga: Investasi gizi pada anak selamatkan masa depan bangsa

Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024