Pemanfaatan limbah daun nanas di Pegasing ini untuk meningkatkan nilai tambah dari usaha perkebunan nanas yang telah dikelola selama ini oleh masyarakat
Banda Aceh (ANTARA) - Katahati Institute menggandeng kelompok perempuan tani di Tanah Gayo, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, untuk mengembangkan produk usaha serat nanas yang berbahan dasar pelepah nanas, dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi lokal berkelanjutan di tengah masyarakat.

“Pemanfaatan limbah daun nanas di Pegasing ini untuk meningkatkan nilai tambah dari usaha perkebunan nanas yang telah dikelola selama ini oleh masyarakat,” kata Direktur Eksekutif Katahati Institute Raihal Fajri saat peluncuran sentra usaha sosial dan pengetahuan serat nanas di Pegasing, Aceh Tengah, Kamis.

Peluncuran turut dihadiri Perwakilan Kedutaan Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste Stuart Shaw, Wali Nanggroe Aceh Tengku Malik Mahmud Al Haytar, Pj Bupati Aceh Tengah T Mirzuan, Pj Bupati Bener Meriah Haili Yoga, Direktur PT Pembangunan Aceh (PEMA) Ali Mulyagusdin, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe RioWardhanu dan unsur lainnya.

Ia mengatakan pengembangan sentra usaha sosial dan pengetahuan serat nanas Pegasing didukung oleh Kedutaan Kanada untuk Indonesia dan Timur Leste, sebagai langkah untuk memperkuat keberlanjutan produk nonkayu yang ramah lingkungan di Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Baca juga: Kemenperin angkat potensi IKM tekstil serat nanas

Kelompok perempuan petani Gayo yang akan mengembangkan produk serat nanas itu tergabung dalam Koperasi Perempuan Gayo Sejahtera, yang diinisiasi Katahati Institute untuk menyediakan ruang bagi perempuan dan remaja putri Gayo dalam pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan.

“Melalui, optimalisasi hasil hutan bukan kayu atau HHBK dan pengelolaan limbah,” ujarnya.

Inisiatif itu, lanjut dia, dimulai di Samar Kilang, Bener Meriah dan Pegasing, Aceh Tengah yang berada di dalam Kawasan Ekosistem Leuser, sebagai penopang habitat populasi empat spesies kunci yang terancam punah yakni orangutan, gajah, harimau dan badak Sumatera.

“Di masa depan saya berharap inisiatif ini akan menjangkau beberapa wilayah lain dalam Kawasan Ekosistem Leuser,” ujarnya.

Oleh karena itu, sebagai inisiator dukungan pusat usaha sosial dan pengetahuan serat nanas, pihaknya bersama masyarakat Gayo dan pemerintah di dua kabupaten itu terus berupaya mewujudkan pelibatan perempuan dan remaja putri dalam mengoptimalkan hasil hutan bukan kayu yang berkelanjutan ekonomi.

"Dengan memastikan lingkungan tetap terjaga,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Wanita Tani Fallahaton di Pegasing, Inayati Rahmatillah mengatakan pihaknya sangat berterima kasih dan mengapresiasi lembaga Katahati Institute yang menjadikan mereka sebagai salah satu kelompok binaan, untuk pengembangan produk dari serat nanas atau limbah nanas.

Ke depan, pihaknya akan terus memproduksi produk-produk dari serat nanas dengan merek yang diberi nama Keriga, di antaranya seperti gelang, bross, gantungan kunci, lukisan, pintalan benang, topi, kain tenun, dan produk lainnya.

“Kami berharap aktivitas kami ini akan terus mendapat dukungan. Kami percaya untuk mendapatkan hasil maksimal, kita harus berkolaborasi dan bekerjasama,” kata Inayati.

Baca juga: PEP Subang Field lakukan inovasi berkelanjutan serat olahan daun nanas

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024