Jakarta (ANTARA nEWS) - Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin berpendapat Rakernas PDI Perjuangan yang dilaksanakan pada 6-8 September 2013, jangan dijadikan ajang untuk menetapkan pencapresan Joko Widodo.

"Menurut saya, sebaiknya Rakernas PDIP jangan dulu dijadikan ajang untuk menetapkan Capres. Tidak perlu buru-buru. Masih lama pencapresan itu," kata Said dalam pesan singkatnya, di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, Jokowi alias Joko Widodo sebagai kader PDIP masih tetap memimpin di berbagai hasil survei pencapresan. Hasil itu diperoleh saat Jokowi sendiri belum resmi ditetapkan sebagai Capres PDI-P. Bahkan menyatakan kesediaan sebagai Capres pun belum.

"Artinya, value PDIP lewat simbol Jokowi saat ini masih yang paling tinggi. Kalau cepat-cepat ditetapkan boleh jadi akan lebih banyak mudharat dibanding manfaatnya," ujarnya.

Jokowi, lanjut Said, bisa menjadi bulan-bulanan dari lawannya. Bisa saja lawan politik akan menyerang Jokowi dengan membentuk opini bahwa Gubernur DKI itu adalah sosok yang tidak konsisten atau malah diberi label sebagai tokoh yang kerap lari dari tanggung jawab.

"Dulu belum habis masa tugasnya sebagai Walikota Solo, dia sudah lari ke Jakarta. Sekarang, baru menjabat sekitar satu tahun sebagai Gubernur DKI Jakarta, malah mau maju lagi sebagai Presiden," tutur Koordinator Sigma itu.

Sekalipun opini itu mudah ditangkis karena tidak sepenuhnya benar, tapi dalam konteks politik hal yang demikian cukup merugikan.

"Jadi, saran saya, kalau PDI-P sungguh-sungguh ingin memajukan Jokowi sebagai Capres, maka forum Rakernas nanti cukup menyebutkan kriteria yang mengarah kepada sosok Jokowi. Intinya, lebih baik jangan menyebut nama dulu," ucapnya.

Dengan menyebut kriteria saja, tambah Said, itu bisa memberi efek positif bagi raihan suara PDIP pada Pemilu legislatif 2014. Kalau selama ini PDIP kerap nangkring di posisi kedua sebagai parpol pemenang Pemilu versi lembaga survei, maka dengan strategi itu boleh jadi mereka bisa merebut posisi Partai Golkar sebagai kandidat juara Pemilu.

"Terhadap Megawati, kita juga perlu berempati memberi kesempatan kepadanya untuk berisitirahat. Mega lebih tepat mengambil posisi sebagai king maker saja," paparnya.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013