pelemahan pasar aset kripto tidak akan berlangsung lama
Jakarta (ANTARA) -
Platform investasi aset kripto Bittime, memperkirakan pasar aset kripto berpotensi kembali menguat pasca pengumuman Federal Open Market Committee (FOMC) oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed, dan menjelang gelaran bitcoin halving.

CEO Bittime Ryan Lymn mengatakan keputusan The Fed itu sudah diantisipasi oleh para pelaku pasar, dan apabila terdapat koreksi di pasar aset kripto, maka merupakan hal yang sesuai momentum.

“Pasca pengumuman hasil FOMC, koreksi terjadi hampir di seluruh pasar aset. Tak hanya aset kripto, bursa saham pun turut melemah dalam merespons keputusan The Fed,” ujar Ryan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Ryan melanjutkan pelaku pasar saat ini sudah berpikir jauh ke depan (visioner) dalam hal suku bunga, dimana mayoritas pelaku pasar telah memprediksi pemotongan suku bunga baru dimulai pada Mei atau Juni 2024, bukan pada Maret 2024.

“Tim riset Bittime menilai koreksi terjadi lebih karena terpicu retorika  bertolak belakang  (hawkish) yang mungkin terus dimunculkan sebelumnya. Maka ketika terkena sentimen suku bunga yang kurang mendukung, akan memicu koreksi di pasar saham. Dan sebagai konsekuensinya, terjadi arus keluar modal dari aset kripto," ujar Ryan.

Ia beranggapan pelemahan pasar aset kripto tidak akan berlangsung lama, karena terdapat berbagai hal yang diprediksi akan menjadi sentimen positif dan turut mengerek pasar aset kripto untuk rebound.
 
“Ada beberapa hal yang diprediksi menjadi sentimen pendorong pasar aset kripto. Mulai dari bitcoin ​​​​halving yang diproyeksikan terjadi pada April 2024, altcoin season, hingga beberapa proyek baru yang dinilai memiliki potensi tinggi,” ujar Ryan.
 
Tim riset Bittime menilai pelemahan harga bitcoin (BTC) kemungkinan akan terbatas, dimana nilai aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar itu diprediksi bakal berkonsolidasi di antara level 44.000 dolar AS dan 42.000 dolar AS.
 
“Menurut tim riset Bittime, level 42,000 dolar AS dan di bawah level 40,000 dolar AS dapat bertindak sebagai level support (pendukung) utama. Dan itu bakal menjadi level harga yang akan menarik pembeli, sehingga pasar aset kripto akan rebound. Prediksi kami, tahun ini BTC berpeluang menembus nilai tertinggi 2021 lalu di level 68.000 dolar AS,” ujar Ryan.
 
Selain bitcoin halving, beberapa proyek baru dinilai memiliki potensi tinggi untuk mendongkrak pasar aset kripto, dimana token Jupiter (JUP) yang tengah jadi perbincangan adalah token ini didukung oleh proyek sektor DeFi yang berada di dalam ekosistem Solana, aset kripto dengan nilai kapitalisasi terbesar kelima dunia.
 
Product Manager Bittime Fransiskus Bupu Awa Du’a mengatakan proyek DeFi (decentralized-finance) kerap terkendala seperti soal fragmentasi likuiditas dan distribusi token yang tidak merata, dimana kadang-kadang menyebabkan inefisiensi perdagangan.

Kondisi demikian menurutnya membutuhkan adanya solusi inovatif dan inklusif.
 
“Bittime baru saja mencatat (listing) JUP. Alasannya, Jupiter sebagai agregator likuiditas berbasis Solana, mengatasi masalah DeFi dengan mengumpulkan likuiditas dari beberapa bursa terdesentralisasi demi meningkatkan nilai perdagangan dan mengurangi slippage bagi pengguna,” ujar Fransiskus.
 
Ia menjelaskan, pada hari peluncuran tokennya, volume perdagangan DEX Jupiter melampaui 1 miliar dolar AS, dan menjadikannya salah satu crypto unicorn. Namun, mengingat token JUP baru diperdagangkan pada hari pertama, analisis grafik belum bisa membantu untuk memprediksi harga.
 
“Melihat tokenomik dan fundamental protokol adalah salah satu cara memprediksi yang lebih baik. Selain itu, volume perdagangan Jupiter yang saat ini besar akan memiliki dampak positif terhadap prospek harga dalam jangka panjang,” ujar Fransiskus.
Baca juga: Bappebti: Perdagangan kripto jadi strategi percepatan ekonomi digital

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024