Saat ini kita angkat Kawasan Cagar Budaya Nasional Muaro Jambi agar ke depannya menjadi destinasi yang bukan hanya sekedar destinasi wisata
Jambi (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengembangkan Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi, Provinsi Jambi menjadi destinasi pusat pendidikan kebudayaan.

"Saat ini kita angkat Kawasan Cagar Budaya Nasional Muaro Jambi agar ke depannya menjadi destinasi yang bukan hanya sekedar destinasi wisata, tapi juga pusat pendidikan sejarah dan kebudayaan," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Fitra Arda di kawasan KCBN Muaro Jambi, Sabtu.

Baca juga: Unand targetkan jadi pusat pendidikan berstandar internasional

Selain menjadi cagar budaya pusat pendidikan sejarah dan kebudayaan, Fitra mengemukakan kawasan KCBN Muaro Jambi juga dikembangkan untuk menjadi pusat pendidikan geologi, artsitektur tradisional nusantara, dan cagar alam, karena kawasan ini memiliki sejumlah tanaman endemik.

"Kenapa terkait dengan alam?, karena tujuan orang berwisata harapannya untuk healing, ke tempat yang jarang dan berbeda dari yang lain. Kita harapkan (KCBN Muaro Jambi) menjadi sangat spesifik dan berbeda," tambahnya.

Lebih lanjut, Fitra mengemukakan alasan mengapa KCBN Muaro Jambi dikembangkan menjadi pusat pendidikan yang berkaitan dengan alam. Menurutnya, kearifan lokal Nusantara tidak pernah lepas dari apa yang alam berikan untuk dimanfaatkan para leluhur.

Ia menyebutkan Sasando, sebagai alat musik tradisional asal Nusa Tenggara Timur yang dibuat dari daun lontar sebagai contoh. "Jika tanaman lontarnya tidak dijaga dan punah, maka kebudayaan Sasando sebagai alat musik tradisional pun akan punah juga," ucapnya.

Baca juga: Wapres harap Al-Irsyad Al-Islamiyyah jadi pusat peradaban Purwokerto

Sementara, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V Jambi Agus Widiatmoko mengatakan pihaknya telah menyiapkan anggaran sekitar Rp600 miliar untuk mendukung upaya pengembangan KCBN Muaro Jambi, yang digunakan untuk pembangunan museum dan fasilitas pendidikan di atas lahan seluas 25 hektare, pemugaran beberapa candi dan penataan lingkungan, serta pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi masyarakat setempat.

Di bidang peningkatan SDM, ia mengungkapkan pihaknya mengadakan sejumlah pelatihan seperti pelatihan wirausaha, hingga mengajak masyarakat untuk melakukan studi ke Vietnam, untuk mempelajari bagaimana masyarakat di tepi Sungai Mekong dapat melestarikan kebudayaan sekaligus memanfaatkan nilai ekonomisnya, untuk dapat diterapkan di wilayah KCBN Muaro Jambi yang berada di tepi Sungai Batanghari tersebut.

Ia menargetkan beberapa pekerjaan tersebut dapat diselesaikan pada 2024 ini, sehingga di tahun berikutnya, Kemendikbudristek dapat melakukan penguatan di bidang lain.

"Revitalisasi ini harus bergerak ke sana (pengembangan SDM), bagaimana nanti masyarakat sekitar ini lah yang menjadi ujung tombaknya di situ. Nah kalau mereka belum bisa tentang pelindungan (cagar budaya) ya kita ajari dan kita akan mendampingi," ujarnya.

Untuk diketahui, kawasan yang memiliki luas sebesar 3.981 hektare tersebut terdiri atas beberapa candi seperti Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong I, Gedong II, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Astano. Pengungkapan temuan-temuan arkeologis di KCBN Muaro Jambi mengindikasikan kawasan itu sebagai pusat pendidikan Buddhisme tertua dan terluas di Asia Tenggara pada masa lampau.

Baca juga: Pusat penelitian pendidikan estetika pedesaan didirikan di Fujian

Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024