Hanoi, Vietnam (ANTARA) - Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (MARD) Vietnam mencatat ekspor agroforestri-perikanan mengalami peningkatan signifikan menjadi 5,14 miliar dolar AS (Rp80,7 triliun)  atau melonjak sebesar 80 persen jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu.

Besarnya lonjakan ekspor dan juga diikuti nilai impor agroforestri-perikanan, sebagaimana disampaikan MARD, karena pihaknya berfokus pada penghapusan hambatan perdagangan selama tahun 2023.

“Sehingga membantu mencatat rekor ekspor baru,” kata kementerian tersebut.

MARD terus mencermati fluktuasi harga dan keseimbangan pasokan dan permintaan di pasar, sambil mengusulkan solusi untuk meningkatkan konsumsi produk pertanian. Kementerian juga berkoordinasi dengan kedutaan besar serta penasihat perdagangan dan pertanian untuk menyiapkan saluran penyediaan informasi terkait pasar ekspor.

Pada saat yang sama, kementerian juga senantiasa memperkuat kegiatan promosi perdagangan online untuk memperluas ekspor ke pasar-pasar besar seperti China, Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia dan Brasil, dan secara efektif memanfaatkan pasar-pasar potensial termasuk Jepang, Korea Selatan, ASEAN, Australia, Selandia Baru dan Timur Tengah.

Secara rinci, ekspor produk kehutanan naik 73 persen mencapai 1,49 miliar dolar AS (RpRp23,4 triliun). Lalu, ekspor makanan laut naik 61 persen menjadi 730 juta dolar AS (Rp11,45 miliar), ekspor hasil pertanian naik signifikan ke 94 persen dengan nilai 2,71 miliar dolar AS (Rp42,5 triliun).

Kemudian disusul oleh ekspor input produksi yang naik 50 persen mencapai 177 juta dolar AS (Rp2,78 triliun) dan ekspor peternakan yang naik tipis 3,5 persen menjadi 36 juta dolar AS (Rp565 miliar).
.
Kementerian juga menyampaikan bahwa nilai ekspor produk pertanian, kehutanan dan perairan ke berbagai daerah juga mengalami pertumbuhan. Rinciannya, ekspor ke wilayah Amerika naik 94 persen dan mencapai 1,18 miliar dolar AS (Rp18,5 triliun), Afrika naik 185 persen menjadi 104 juta dolar AS (Rp1,6 triliun) dan Asia naik 86 persen mencapai 2,52 miliar dolar (Rp39,6 triliun).

Lalu, ekspor ke Eropa naik 38 persen menjadi 532 juta dolar AS (Rp8,4 triliun) dan ke Oseania melonjak 101 persen menjadi 78 juta dolar AS (Rp1,2 triliun).

Jika kenaikan dilihat dari segi negara, China menjadi konsumen terbesar produk-produk perikanan dan kehutanan Vietnam yang mencakup 23 persen dari total konsumen atau mengalami kenaikan tahunan sebesar 106 persen.

Posisi kedua ditempati Amerika yang menyerap 20,8 persen total ekspor atau peningkatan sebesar 96 persen. Sementara Jepang berada di peringkat ketiga dengan 7,4 persen atau naik 48 persen.

Lebih lanjut MARD mencatat, pada Januari, harga sebagian besar komoditas cenderung naik dibandingkan Desember 2023, didorong oleh meroketnya permintaan saat Tahun Baru Imlek. Namun harga-harga tersebut masih relatif stabil dan fluktuatif

Namun, kementerian memastikan bahwa secara keseluruhan, pasokan produk pertanian melimpah dan memiliki persediaan yang cukup untuk Tahun Baru Imlek.

“Harga tidak mengalami fluktuasi signifikan. Faktanya, beberapa barang mengalami penurunan harga akibat perubahan kebiasaan konsumen,” ucap kementerian tersebut.

Sedangkan nilai impor agroforestri-perikanan Vietnam turut mengalami lonjakan sebanyak 40 persen (yoy) dengan total 3,72 miliar dolar AS (Rp58,39 triliun), sehingga Vietnam mengalami surplus perdagangan lebih dari 1,4 miliar dolar AS (Rp21,97 triliun) dan mengalami peningkatan tahunan lebih dari 4,6 kali lipat.

Sumber : VNA
Baca juga: Vietnam targetkan 3,5 miliar dolar AS dari ekspor durian pada 2024
Baca juga: Ekspor beras Vietnam pada 2023 capai rekor tertinggi sejak 1989
Baca juga: Durian pendulang devisa terbesar ekspor buah Vietnam

Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024