“BNPT tidak bisa bekerja sendirian. Keberadaan FKPT, Duta Damai, dan Duta Santri yang menjadi mitra strategis BNPT untuk memperkuat resiliensi masyarakat dalam mencegah penyebaran ideologi radikal terorisme ini sangat penting,”
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI menegaskan bahwa kolaborasi dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), Duta Damai, dan Duta Santri berperan penting dalam melawan ideologi terorisme di Indonesia.

“BNPT tidak bisa bekerja sendirian. Keberadaan FKPT, Duta Damai, dan Duta Santri yang menjadi mitra strategis BNPT untuk memperkuat resiliensi masyarakat dalam mencegah penyebaran ideologi radikal terorisme ini sangat penting,” kata Kepala BNPT RI Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel dalam siaran pers diterima di Jakarta, Rabu.

BNPT, kata dia, tidak pernah lelah mengimbau keterlibatan seluruh pihak menjadi mitra strategis dalam menjalankan program penanggulangan terorisme.

“Kalau FKPT, Duta Damai, dan Duta Santri bisa berkolaborasi seperti ini tentunya dapat menumbuhkan daya tangkal atau daya cegah dan perlawanan untuk mencegah teroris yang secara terang-terangan ingin mengubah dasar negara kita,” ujar dia saat bersilaturahmi dengan dengan FKPT, Duta Damai Dunia Maya, dan Duta Damai Santri Regional Jawa Tengah di, Semarang, Selasa (5/2).

Sebagai ujung tombak, Rycko mengatakan peran FKPT, Duta Damai maupun Duta Santri bisa diperkuat dan diintensifkan untuk berfokus di wilayah pencegahan, yaitu membangun kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi, dan deradikalisasi.

Bentuk sinergi itu, kata Rycko, bisa diwujudkan dalam bentuk seminar daring melalui siaran langsung media sosial yang dikelola Duta Damai maupun Duta Santri. Kemudian, dalam seminar tersebut, FKPT bisa mengisi siaran langsung media sosial dengan berbagai kajian dalam upaya kontra radikalisasi.

“Ini merupakan bentuk edukasi kepada publik dan upaya pencegahan dini. Edukasi merupakan kata kunci untuk memberantas sel-sel jaringan terorisme,” ujarnya.

Kepala BNPT optimistis, jika hal tersebut bisa dilakukan, bangsa Indonesia akan semakin aman dan damai.

“Karena bahan baku utama radikal terorisme adalah intoleransi. Oleh sebab itu, segala bentuk ancaman intoleransi harus diberi counter-nya (penangkal),” imbuh Rycko.

“Tidak ada keagamaan yang mengajarkan kekerasan dan orang yang terpapar itu adalah korban. Korban yang tertipu oleh yang salah menafsirkan dalam sudut pandang yang kecil. Dan ini adalah menjadi tanggung jawab kita bersama tak hanya BNPT namun masyarakat secara luas,” sambungnya.

Dijelaskannya, radikalisme dan terorisme menyerang keyakinan, sehingga pelakunya memiliki kecenderungan keras kepala dan susah untuk diajak kembali ke pemikiran yang moderat.

Kepala BNPT mengatakan, dari hasil hasil penelitian Setara Institute dari tahun 2016–2023 telah terjadi peningkatan proses radikalisasi yang masif menyasar tiga pihak yang dianggapnya sangat rentan, yaitu remaja, perempuan, dan anak-anak.

“Ketiga pihak ini sangat rentan karena strategi propaganda paham radikal terorisme berganti, dari awalnya menggunakan hard approach secara langsung, kini menjadi soft approach di berbagai platform media daring,” ujar Rycko.

Dalam kesempatan tersebut Kepala BNPT menjelaskan bahwa di tahun 2024 ini pihaknya memiliki tujuh program prioritas yang diharapkan dapat menciptakan sekaligus menguatkan kesadaran publik dan keterlibatan publik dalam upaya bersama penanggulangan terorisme.

Program prioritas tersebut adalah program pemberdayaan perempuan, anak, dan remaja; program pembentukan desa siap siaga desa damai; program pembentukan sekolah damai; program pembentukan kampus kebangsaan; program asesmen pegawai dengan tugas resiko tinggi; program penanganan asosiasi WNI yang terafiliasi Foreight Terrorist Fighter (FTF); dan program deradikalisasi luar lapas kepada keluarga napi.

Oleh karena itu pihaknya merasa bersyukur ada perpanjangan tangan di setiap daerah di Indonesia melalui FKPT, Duta Damai, dan Duta Santri.

“Harapannya tentu dapat menjadi ujung tombak dalam menangkal segala bentuk ancaman berbasis ideologi ataupun paham radikal yang dapat membahayakan keberlangsungan persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Kepala BNPT.

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024