Jakarta (ANTARA) - Pelaksana Tugas Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E Aminudin Azis mengatakan bahwa pembiasaan membaca dan penyediaan akses bacaan mesti menjadi prioritas utama sebelum peningkatan kemampuan literasi di Indonesia.

"Berdasarkan hasil riset menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak sebenarnya tinggi. Namun, masih ada hambatan dalam hal akses terhadap bahan bacaan yang berkualitas dan pendekatan yang tepat dalam pembiasaan membaca," ujar Aminudin di Jakarta, Rabu.

Dalam webinar "Gerakan Indonesia Membaca: Ayo Membaca Nyaring untuk Literasi Indonesia", Aminudin menjelaskan bahwa persoalan mendesak literasi di Indonesia yakni menyediakan buku bacaan yang bermutu sesuai dengan keinginan pembaca.

"Selain itu, pendampingan dalam membaca juga penting, utamanya bagi anak-anak yang masih belajar membaca. Pembacaan harus dilakukan dengan pendekatan yang tepat, termasuk pembacaan nyaring dan pemaparan yang menarik," ucapnya.

Baca juga: Peningkatan budaya membaca kunci wujudkan masyarakat berkarakter

Menurut dia, kebiasaan membaca perlu dibangun sejak kecil, bahkan ketika anak masih di dalam kandungan. Hal ini menjadi fondasi kuat seiring dengan pertumbuhan anak.

"Kebiasaan membaca ini tidak dapat dibangun secara tiba-tiba, perlu ada kebiasaan membaca pada anak sejak masih kecil," ujar dia.

Ia menambahkan, dalam mendorong kebiasaan membaca perlu adanya peran komunitas literasi, guru, dan orang tua, sehingga melalui Gerakan Indonesia Membaca yang digalakkan Perpusnas diharapkan terbentuk 10.000 perpustakaan baru di desa-desa, di mana masyarakat didorong untuk aktif membaca dan mengadakan kegiatan literasi.

"Gerakan Indonesia Membaca ini bukan hanya tugas Perpusnas atau pemerintah, tetapi tugas kita semua. Mari kita bangkitkan gairah untuk membaca di kalangan anak-anak kita agar mereka dapat dijejali dengan hal-hal yang baik," tuturnya.

Sementara itu, Pendiri Reading Bugs dan Komunitas Read Aloud Roosi Setiawan yang juga turut hadir dalam webinar tersebut menyampaikan bahwamembaca nyaring kepada anak-anak dapat menjadi kebiasaan yang terhubung dengan aktivitas sehari-hari, mirip dengan kebiasaan menggosok gigi.

Baca juga: Perpusnas: Keluarga fondasi awal budaya literasi di era digital

Ia menyarankan kegiatan membacakan buku kepada anak agar dilakukan secara rutin setelah menggosok gigi sebelum tidur untuk membentuk pola baca pada anak. Selain itu, membacakan buku dengan suara yang disukai anak disertai ekspresi dan gestur juga akan meningkatkan minat membaca anak.

"Kontak mata yang terjaga selama proses membacakan nyaring juga menjadi faktor penting dalam membangun kedekatan antara orang tua atau guru dengan anak," ucap Roosi.

Tak hanya itu, menurutnya, membacakan nyaring juga membantu dalam mengatasi masalah keterlambatan berbicara atau speech delay pada anak.

"Anak-anak yang terpapar dengan kegiatan membacakan nyaring cenderung memiliki kosakata yang lebih luas, sehingga dapat mengurangi masalah speech delay," tuturnya.

Sementara itu, Psikolog Anak Grace Euginia Sameve menjelaskan, kegiatan membacakan nyaring oleh orang tua atau guru dapat memengaruhi perkembangan tumbuh kembang anak secara holistik.

"Dari segi kognitif, membacakan nyaring membantu anak mengenal kosakata baru dan mengasah kemampuan berbahasa, sedangkan dari segi psikososial, anak-anak akan merasa lebih terikat dan percaya kepada orang dewasa yang membacakan buku secara nyaring," katanya.

Baca juga: Perpusnas fokus lakukan tiga program peningkatan literasi masyarakat

Dalam kegiatan ini juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Perpusnas dengan Duta Baca Indonesia Heri Hendrayanan Harris atau dikenal dengan Gol A Gong, yang menjadi landasan kerja sama dalam pembudayaan kegemaran membaca dan literasi, serta memperkuat pelaksanaan kegiatan Duta Baca Indonesia dalam pembudayaan kegemaran membaca dan literasi di Indonesia.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024