Guangzhou (ANTARA) - Menjadi satu dari segelintir pemudik sepeda motor pada hari itu, Huang Xiandi tidak mengalami kesulitan saat memarkir sepeda motornya di sebuah pos layanan jalan raya untuk menikmati secangkir teh.

Pos layanan di sepanjang Jalan Raya Nasional No. 321 itu biasanya penuh sesak menjelang Festival Musim Semi, dipadati oleh para pengendara sepeda motor yang ingin beristirahat sejenak dengan nyaman dalam perjalanan mudik mereka.

"Sekarang, rombongan itu sudah tidak ada," kata Huang. "Beberapa orang menggunakan kereta cepat untuk mudik dan yang lainnya mengendarai mobil pribadi."

Festival Musim Semi, atau Tahun Baru Imlek, kerap disebut sebagai migrasi manusia tahunan terbesar di dunia, ketika ratusan juta warga China kembali ke kampung halaman mereka untuk berkumpul bersama keluarga, yang merupakan momen terpenting dalam setahun.

Di pusat manufaktur di China selatan, Provinsi Guangdong, pemandangan spektakuler rombongan sepeda motor, yakni para pekerja migran yang mengendarai sepeda motor sejauh ratusan kilometer menuju sejumlah provinsi dan daerah di sekitarnya, seperti Guangxi, Guizhou, dan Sichuan, merupakan pemandangan yang biasa terlihat dalam arus mudik yang dikenal dengan sebutan "chunyun".

 Huang, yang meninggalkan kampung halamannya di pedesaan Guangxi untuk bekerja di sebuah pabrik lampu di Guangdong, menjadi saksi berkurangnya rombongan sepeda motor dalam beberapa tahun terakhir.

 Tahun ini, dia kembali gagal mendapatkan teman berkendara.   

Pada era rombongan sepeda motor, jalan raya akan mendirikan pos-pos layanan yang menawarkan bubur, teh jahe, obat-obatan, dan perawatan sepeda motor gratis.

Seiring jumlah pengendara sepeda motor telah berkurang, layanan itu telah dikurangi menjadi hanya teh panas gratis, ujar Liang Wenzhi, seorang petugas polisi lalu lintas di Kota Zhaoqing, Guangdong.

"Saya melakukan perjalanan mudik sendirian selama beberapa tahun ini. Saya sudah terbiasa dengan hal itu," tuturnya.

Menurut departemen transportasi Guangdong, rekor 1,1 juta pengendara sepeda motor yang keluar dan masuk provinsi itu tercatat pada periode Festival Musim Semi 2013. Jumlah tersebut telah menurun sejak saat itu.

 Pada era rombongan sepeda motor, jalan raya akan mendirikan pos-pos layanan yang menawarkan bubur, teh jahe, obat-obatan, dan perawatan sepeda motor gratis. Seiring jumlah pengendara sepeda motor telah berkurang, layanan itu telah dikurangi menjadi hanya teh panas gratis, ujar Liang Wenzhi, seorang petugas polisi lalu lintas di Kota Zhaoqing, Guangdong

​​​​​​​"Banyak pekerja migran yang telah membeli mobil, jadi meski jumlah pengguna sepeda motor menurun, arus lalu lintas mobil yang meninggalkan Guangdong meningkat pesat menjelang festival ini," ungkap Liang.

Dibukanya jalur kereta cepat yang menghubungkan Guangdong dengan Guizhou dan Guangxi yang berdekatan pada 2014 menjadi penyebab lain menurunnya popularitas bepergian menggunakan sepeda motor.

Perjalanan dari pabrik Huang ke kampung halamannya biasanya memakan waktu sembilan jam dengan sepeda motor. Namun, kini hanya butuh waktu tiga jam menggunakan kereta cepat.

Huang juga membeli sebuah mobil. Akan tetapi, mobilnya ada di rumah. "Dahulu, saya mengendarai sepeda motor untuk pulang ke kampung halaman demi menghemat uang. Saya masih melakukannya, tetapi itu karena saya menikmati berkendara (dengan sepeda motor).

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024