Beijing (ANTARA) - Dewan Negara China belum lama ini merilis dokumen panduan yang menetapkan tujuan dan langkah untuk mempercepat pembangunan sistem daur ulang limbah dan mengonsolidasikan fondasi hijau serta rendah karbon bagi negara tersebut guna mencapai pembangunan berkualitas tinggi.

Panduan tersebut menitikberatkan pada konsep ekonomi sirkular yang menekankan 3R, yaitu reduce, reuse, recycle (mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang), seraya meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya melalui manajemen yang berpresisi, daur ulang yang efektif, dan pemanfaatan limbah yang efisien.

Pada 2025, sistem daur ulang limbah yang mencakup semua bidang dan mata rantai pada dasarnya akan terbentuk, dengan volume pemanfaatan tahunan limbah padat curah, seperti limbah pertambangan (tailing), abu sisa pembakaran batu bara (fly ash), dan limbah padat tambang batu bara (coal gangue) yang mencapai 4 miliar ton, serta tingkat pemanfaatan limbah padat curah baru komprehensif yang mencapai 60 persen, papar dokumen tersebut.

Sementara itu, volume pemanfaatan tahunan sumber daya terbarukan utama, seperti baja bekas, tembaga bekas, dan aluminium bekas, akan mencapai 450 juta ton.

Panduan tersebut mencatat perlunya mengembangkan industri daur ulang sumber daya, yang mencakup semua bidang produksi dan bidang kehidupan, dan mencapai target 5 triliun yuan (1 yuan = Rp2.187) atau sekitar 703,87 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.734) dalam output tahunan industri tersebut pada 2025 mendatang.

Pada 2030, sistem daur ulang limbah yang komprehensif, efisien, dan teratur akan terbentuk di China, dan tingkat daur ulang limbah secara keseluruhan di negara itu akan berada di jajaran tertinggi di dunia, demikian menurut dokumen panduan tersebut.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024