Jenewa (ANTARA) - Juru Bicara (Jubir) Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) meminta komunitas internasional untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan bagi Yaman, menyusul konflik yang semakin intens di negara di Semenanjung Arab tersebut.

"Masyarakat khawatir bahwa jika serangan udara semakin intensif, ini mungkin akan mengakibatkan lebih banyak korban sipil, namun fasilitas sipil juga berpotensi terkena dampak," kata Jubir ICRC Fatima Sator kepada Xinhua dalam sebuah wawancara.

"Penting untuk diingat bahwa Yaman sekarang berada di tahun kesembilan konflik dan masyarakat tidak mampu lagi menanggung lebih banyak tekanan, lebih banyak ketidakpastian, dan lebih banyak kecemasan," kata Sator.

Menurut data ICRC, lebih dari 2.500 sekolah rusak atau hancur dan 2 juta anak putus sekolah. Sekitar 70 persen penduduk tidak memiliki akses terhadap air minum, sementara lebih dari 50 persen penduduk tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan.

Sekitar 20,1 juta orang tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan dasar, sementara hanya 51 persen fasilitas kesehatan yang berfungsi dan kurang dari 50 persen kelahiran dibantu oleh tenaga kesehatan terampil.
 
Anak-anak terlihat di depan gubuk mereka di sebuah kamp pengungsi di Distrik Midi, Provinsi Hajjah, Yaman utara, pada 16 Agustus 2023. (Xinhua/Mohammed Al-Wafi)   


Organisasi yang berbasis di Jenewa ini juga memperingatkan bahwa lebih dari 5 juta orang di Yaman berada di ambang kelaparan karena konflik dan kemerosotan ekonomi telah mengakibatkan banyak keluarga kesulitan mendapatkan cukup makanan untuk kehidupan sehari-hari

"Warganya sudah lelah. Perekonomian berada di ambang kehancuran. Air dan listrik hampir tidak tersedia. Separuh dari fasilitas kesehatan telah hancur atau tidak memiliki pasokan, atau juga staf yang diperlukan untuk berfungsi semestinya," imbuh Sator. 

Situasi terkini di Laut Merah semakin memburuk akibat krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung. Kelompok Houthi semakin mengintensifkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden setelah pecahnya konflik Israel-Hamas pada Oktober tahun lalu, sementara Amerika Serikat dan Inggris terus melancarkan serangan udara baru terhadap sasaran-sasaran Houthi di negara tersebut, sehingga menimbulkan berbagai kesulitan bagi warga sipil.

Sator meminta komunitas internasional agar meningkatkan bantuan kemanusiaan dan kontribusi keuangan untuk mendukung operasinya.

"Kami termasuk dalam segelintir organisasi saja yang mendukung otoritas untuk mengatasi kebutuhan terkait artileri yang belum meledak, karena ada banyak sisa-sisa bahan peledak perang di Yaman yang masih menyebabkan kematian atau melukai warga sipil. Kami juga menyediakan peralatan pembersih ranjau dan peralatan pelindung bagi otoritas yang melakukan pembersihan ranjau," tuturnya.

Yaman merupakan salah satu negara dengan tingkat kontaminasi ranjau darat dan bahan peledak mematikan lain yang tertinggi di dunia.

Para ahli memperkirakan bahwa sekitar 1 juta ranjau telah ditanam selama tahun-tahun kekacauan di Yaman, yang menimbulkan bahaya setiap hari bersama dengan bom yang belum meledak dan sisa-sisa peralatan militer lainnya.

"Bagian penting dari mandat Komite Palang Merah Internasional adalah juga untuk mengingatkan pihak-pihak yang berkonflik agar tetap menghormati hukum humaniter internasional," kata Sator. "Dalam peran kami sebagai perantara netral tahun lalu, kami mampu melakukan operasi besar untuk membebaskan 900 eks tahanan dan menyatukan mereka kembali dengan keluarga mereka. Pada 2022, 4 juta warga Yaman telah memperoleh manfaat dari intervensi ICRC di seluruh Yaman."

"Kami mendesak para donor untuk terus memberikan bantuan bagi Yaman, yang masih menghadapi ketidakpastian yang semakin besar, dan tidak melupakan Yaman. Kita tidak bisa membiarkan Yaman menjadi krisis yang terlupakan," tambahnya. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024