Ke depan tekanan inflasi masih harus waspadai seiring dengan masih terjadinya banjir dan peningkatan debit air di sepanjang Sungai Batanghari.
Jambi (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Provinsi Jambi mengingatkan pemerintah daerah setempat harus mewaspadai inflasi seiring dengan masih terjadinya banjir dan peningkatan debit air di sepanjang Sungai Batanghari.

"Ke depan tekanan inflasi masih harus waspadai seiring dengan masih terjadinya banjir dan peningkatan debit air di sepanjang Sungai Batanghari," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Jambi Warsono dalam keterangan tertulis yang diterima, di Jambi, Selasa.

Selain banjir, inflasi bisa berlanjut karena penyesuaian harga rokok akibat peningkatan tarif cukai hasil tembakau (CHT). Inflasi juga diprakirakan masih terjadi seiring peningkatan permintaan komoditas angkutan udara dan bahan pangan sejalan dengan adanya beberapa momentum hari libur nasional, seperti peringatan Isra Mikraj, Tahun Baru Imlek, dan Pemilu Presiden 2024.

Dalam rangka memitigasi risiko itu, BI Jambi melanjutkan sinergi dengan pemerintah daerah melalui tim pengendalian inflasi daerah (TPID) dan Tim Satgas Pangan serta melanjutkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Kolaborasi ini untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif terkait perkembangan inflasi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat secara bulanan Provinsi Jambi pada Januari 2024 mengalami inflasi sebesar 0,83 persen (mtm). Capaian tersebut masih terkendali ke dalam rentang sasaran target inflasi 2024 di 2,5 persen plus minus 1 persen. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,04 persen (mtm).

Berdasarkan komoditasnya, inflasi Provinsi Jambi utamanya disumbang oleh daging ayam ras, beras, ikan serai, tomat dan kentang. Secara tahunan Provinsi Jambi tercatat mengalami inflasi sebesar 2,99 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional yang mengalami inflasi sebesar 2,57 persen.

Peningkatan harga komoditas penyumbang inflasi, khususnya daging ayam ras terjadi seiring meningkatnya harga jagung yang merupakan bahan baku utama pakan ayam pedaging.

Tingginya tingkat curah hujan di Jambi dan peningkatan debit air dari Sumatera Barat menyebabkan meluapnya Sungai Batanghari dan banjir di sebagian besar kabupaten/kota, sehingga berdampak pada terganggunya sentra produksi dan distribusi kelompok makanan seperti beras, tomat, dan kentang.

Selain itu, banjir juga mengganggu stabilitas pasokan ikan serai yang berdampak pada peningkatan harga.

Pada sisi lain, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga cabai merah, bawang merah, dan bensin. Penurunan harga bensin disebabkan oleh penyesuaian kebijakan penetapan harga BBM nonsubsidi oleh Pertamina yang turun dalam rentang Rp450 hingga Rp1.100 per liter.

Peningkatan intensitas sidak harga dan operasi pasar oleh TPID baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota se-Provinsi Jambi, diikuti dengan penyaluran subsidi ongkos angkut yang meningkatkan pasokan di lapangan, dapat menahan harga komoditas cabai merah dan bawang merah.
Baca juga: BPS Jambi catat beras penyumbang inflasi terbesar Januari 2024
Baca juga: BI Jambi nilai bantuan CBP perkuat pengendalian inflasi

Pewarta: Tuyani
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024